Karena itu, kemungkinan besar bintik matahari, yang didefinisikan NASA sebagai area matahari yang tampak gelap karena lebih dingin daripada di tempat lain di permukaan matahari, kemungkinan akan muncul, menghasilkan peristiwa matahari tambahan.
Bintik-bintik ini tampak lebih dingin dan lebih gelap dari sekitarnya karena medan magnet yang kuat menghambat masuknya gas baru panas dari interior matahari.
Baca Juga:
Fenomena 'Bulan Kedua' di Bumi! Asteroid 2024 PT5 Hebohkan Netizen
Badai matahari berikutnya membuat media sosial semarak, terutama di Amerika Utara, karena banyak orang-orang mengunggah aurora atau Cahaya Utara. Fenomena penampakan langit yang meledak menjadi warna ungu dan merah yang cemerlang.
Salah satunya Tamitha Skov, seorang fisikawan luar angkasa yang menggunakan nama samaran Space Weather Woman.
“Kami telah melompat ke tingkat G2, terutama akibat membaliknya utara-selatan-utara dari medan magnet matahari,” tulisnya melalui akun Twitter. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.