WahanaNews.co - Dalam satu minggu terakhir, laut di seluruh dunia mencatat rekor suhu dengan permukaannya mencapai 20,96 derajat Celsius pada 30 Juli 2023, berdasarkan data pengamatan iklim Uni Eropa ERA5.
Sebelumnya, rekor suhu tertinggi adalah 20,95 derajat Celsius pada Maret 2016, menurut juru bicara ERA5 yang berbicara kepada AFP pada Jumat (3/8/2023).
Baca Juga:
Potensi Pendapatan Negara dari Ekspor Pasir Laut Capai Rp2,5 Triliun: Analisis Awal dan Tantangan Regulasi
Namun, perlu dicatat bahwa sampel yang diuji tidak mencakup lautan di daerah kutub.
Para ilmuwan mengungkapkan bahwa lautan telah menyerap sekitar 90 persen dari kelebihan panas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia sejak era industri dimulai.
Secara global, suhu rata-rata lautan telah melampaui rekor suhu panas musiman sejak bulan April 2023.
Baca Juga:
Pakar Ungkap Gegera Sampah Plastik Cemari Laut RI, Negara Rugi Rp225 Triliun per Tahun
Piers Forster dari Pusat Iklim Internasional di Universitas Leeds menyatakan bahwa gelombang panas di laut merupakan ancaman langsung bagi beberapa kehidupan laut.
"Kami sudah melihat pemutihan karang di Florida sebagai akibat langsung dan saya perkirakan lebih banyak dampak akan muncul," katanya.
Sementara itu, ilmuwan menemukan fakta lain bahwa pemanasan global merupakan ancaman yang tidak main-main.
Selain kenaikan suhu permukaan laut, efek yang ditimbulkan menyebabkan kenaikan permukaan air laut global yang bahkan bisa mencapai 2 meter pada tahun 2100.
Penelitian ini telah dipublikasikan melalui jurnal Proceedings of National Academy of Sciences.
Perkiraan sebelumnya menyebutkan, kenaikan maksimum hanya mencapai pada 98 sentimeter pada tahun 2100.
Kini, para ilmuwan menyebutkan bahwa itu bisa naik bahkan sampai dua kali lipat.
''Kenaikan permukaan laut global seperti itu dapat mengakibatkan hilangnya lahan 1,79 juta kilometer persegi, termasuk wilayah produksi pangan dan potensi pengungsi serta migrasi hingga 187 juta orang,'' kata Jonathan Bamber peneliti dari Universitas Bristol.
Kenaikan permukaan laut ini adalah sebuah berita yang memprihatinkan dan jelas akan memiliki dampak besar bagi kemanusiaan.
Bamber dan 22 ilmuwan lainnya melakukan penelitian tentang pencairan lapisan es Greenland dan Antartika.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika kita dapat mematuhi komitmen Perjanjian Paris dan suhu global tidak meningkat lebih dari 2 derajat Celcius, maka kenaikan permukaan laut dapat mencapai 26 hingga 81 sentimeter.
Namun, jika kita gagal dalam mengatasi pemanasan global dan melanjutkan pola industri yang ada saat ini, suhu global dapat meningkat hingga 5 derajat Celcius. Dalam skenario ini, kenaikan permukaan laut dapat mencapai antara 51 hingga 178 sentimeter.
Bahkan, beberapa penelitian lainnya bahkan memperkirakan kenaikan air laut melebihi 2,5 meter.
Jika probabilitas kenaikan air laut sebesar 1 persen berarti banjir besar yang hanya terjadi sekali dalam 100 tahun, maka probabilitas kenaikan sebesar 5 persen menjadi sangat mengkhawatirkan.
Ilmuwan menjelaskan bahwa ini adalah konsekuensi yang sangat serius.
Pemanasan global yang menyebabkan kenaikan permukaan air laut harus menjadi perhatian serius, karena di masa depan dapat menyebabkan krisis yang sangat besar.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]