WAHANANEWS.CO, Jakarta - Denisovan merupakan spesies manusia purba yang telah punah, tetapi jejak gennya masih dapat ditemukan pada manusia modern, terutama pada orang Papua.
Hal ini dipercaya memberikan mereka kekuatan fisik lebih unggul dibanding populasi lainnya.
Baca Juga:
Polda Papua Gelar Upacara Peringatan Hari Pahlawan Ke–79
Awalnya, para ilmuwan beranggapan bahwa hanya orang Papua yang memiliki DNA Denisovan, dengan hingga 5% genom mereka diwarisi dari spesies hominin purba ini.
Namun, penelitian terbaru mengungkap bahwa jejak kecil DNA Denisovan juga ditemukan pada populasi Asia Timur, Asia Selatan, dan penduduk asli Amerika.
"Pandangan bahwa manusia berevolusi secara linear dan rapi dari satu nenek moyang adalah salah kaprah. Perkawinan silang dengan berbagai spesies hominin telah membentuk manusia modern seperti saat ini," ujar Dr. Linda Ongaro, salah satu penulis studi tersebut.
Baca Juga:
Tokoh Agama Papua Apresiasi Keberhasilan Ops Damai Cartenz-2024 dalam Menciptakan Kedamaian dan Keamanan Papua
Melansir IFLScience, Selasa (19/11/2024), fosil Denisovan yang ditemukan hingga kini sangat terbatas, hanya berupa tulang jari, tulang rahang, gigi, dan fragmen tengkorak.
"Namun, dengan mempelajari segmen DNA Denisovan yang masih tersisa pada manusia modern, ilmuwan telah menemukan bukti adanya tiga peristiwa kuno yang menunjukkan transfer gen dari populasi Denisovan yang berbeda ke manusia modern," jelasnya lebih lanjut.
Dari data yang ada, Denisova Altai—garis keturunan awal spesies ini—diperkirakan mulai terpecah menjadi beberapa kelompok antara 409.000 hingga 222.000 tahun lalu.
Kelompok tertua ini kemungkinan besar kawin silang dengan nenek moyang manusia Asia Timur, sedangkan dua garis keturunan Denisovan lainnya meninggalkan jejak genetik mereka pada genom orang Papua.
Menariknya, karena Denisovan tiba di Eurasia jauh sebelum manusia modern, mereka telah beradaptasi secara genetik untuk bertahan hidup di lingkungan ekstrem, termasuk dataran tinggi dan padang rumput yang dingin.
Adaptasi ini mungkin menjadi salah satu warisan genetik mereka yang masih relevan hingga kini.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]