WahanaNews.co | Hanny Wijaya mengaku sempat tak percaya dirinya terpilih sebagai penerima Sarwono Award 2022 dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Hanny adalah profesor dari Institut Pertanian Bogor.
Baca Juga:
Pemkot Semarang dan BRIN Sukses Budidayakan Varietas Bawang Merah Lokananta Maserati
Guru Besar di Program Studi Teknologi Pangan ini memiliki fokus bidang pangan fungsional.
“Saya kira itu telepon abal-abal yang tengah marak,” kata Hanny, saat menerima penghargaan itu dari Kepala BRIN, LT Handoko, Selasa (23/8/2022).
Menurutnya, penghargaan itu memberi pengakuan atas jasa, pengabdian serta reputasinya, baik tingkat nasional maupun internasional, dalam bidang ilmu pengetahuan.
Baca Juga:
Fenomena Langka: Badai Matahari Dahsyat Hantam Bumi, Indonesia Waspada
Dia dianggap telah memberikan sumbangsih nyata dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.
Hanny mengaku masih terkaget-kaget karenanya.
"Saya meminta maaf kepada Pak Handoko karena mungkin saya tidak terlalu proper saat menjawab dan merespons karena saya tidak pernah memimpikannya," katanya menunjuk sambungan telepon saat dia diberi tahu menjadi penerima Sarwono Award 2022.
Mengaku sebagai anak yang lahir di pasar, Hanny kini dikenal dengan julukan “Dosen Jamu”.
Hal ini dikarenakan dia banyak sekali mengajar mata kuliah terkait jamu di beberapa universitas di luar negeri.
Ketua Perhimpunan Penggiat Pangan Fungsional dan Nutrasetikal Indonesia ini memang berkiprah sebagai dosen tamu dan penguji eksternal di beberapa universitas dalam maupun luar negeri.
Namanya tercantum di lebih dari 100 publikasi jurnal nasional dan internasional, 10 buku, dan beberapa buku bab termasuk dalam buku pegangan Kimia Pangan yang diterbitkan oleh Springer.
Hanny adalah juga pemegang 15 paten yang telah disetujui dan 2 di antaranya sudah dan akan dikomersilkan, yakni Cajuputs Candy dan Glucodiab.
Masing-masing adalah permen dan minuman herbal fungsional.
Menurut peraih gelar doktor dari Hokkaido University, Jepang, ini cukup banyak orang yang mempertanyakan dirinya sebagai seorang profesor tapi malah membuat permen.
“No problem," katanya sambil menambahkan, "Bukan masalah permennya, tapi ada ide di situ.”
Hanny menyebut jamu sebagai warisan pangan fungsional Indonesia dan menyatakan kebanggaannya.
Dia juga mengatakan Indonesia memiliki banyak kearifan lokal yang menarik untuk diteliti.
Namun diakuinya pula banyak kendala mulai dari infrastuktur, anggaran, dan hal lain yang harus dihadapi peneliti Indonesia di dalam negeri.
“Tapi dengan kondisi kejepit, jadi lebih berinovasi. Kalau kepepet banyak ide dan berusaha berkolaborasi," kata Hanny.
Dia juga mengungkap banyak hal yang diperoleh dari kemitraan dan kolaborasi dibanding bekerja sendiri.
Di antaranya adalah ketulusan, kepercayaan dan keinginan untuk saling memberi.
Ia juga yakin peneliti Indonesia tidak kalah dari peneliti asing.
Termasuk akan lahir peneliti sekaliber penerima Hadiah Nobel atau pemikir sehebat Albert Einstein dari Indonesia.
"Tidak ada yang mustahil di dunia ini kalau kita melakukan,” kata Hanny. [gun]