WahanaNews.co | Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, melalui
tim Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) dari Fakultas
Hukum, berupaya mengembangkan pertanian urban untuk mengangkat perekonomian
masyarakat di tengah pandemi Covid-19.
"Urban farming atau pertanian urban merupakan strategi pemanfaatan
lahan di area perkotaan yang mampu mengangkat perekonomian masyarakat,
menghadapi krisis ketahanan pangan, dan mengurangi ketergantungan pasar,"
kata Ketua PKM, Hanif Alwan Mumtaz, di Solo, dilansir pada Sabtu (31/7/2021).
Baca Juga:
Prabowo Tinjau Langsung Panen Padi di Merauke
Beberapa cara kelola pertanian yang
diterapkan pada pertanian urban ini adalah pembuatan sistem akuaponik dengan
rakit apung ramah lingkungan.
Ia mengatakan, cara
tersebut bertujuan untuk memanfaatkan lahan yang terbatas di daerah perkotaan
serta mengurangi limbah botol plastik.
"Akuaponik sistem rakit apung
sendiri adalah perpaduan antara akuakultur dan hidroponik. Akuakultur adalah
memelihara ikan sedangkan hidroponik adalah menanam tumbuhan dengan media
tumbuh berupa air. Rakit apung merupakan sistem yang dipilih karena dapat
memanfaatkan limbah botol plastik sebagai wadah untuk menanam," katanya.
Baca Juga:
Dinas Pertanian Kubu Raya Rencanakan Penanaman Padi 69.462 Ton Tahun 2024
Untuk penerapan edukasi pertanian
urban yang dikembangkan oleh mahasiswa UNS tersebut dilakukan di Panti Asuhan
Yatim Muhammadiyah (PAYM) Danukusumo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
"Kegiatan ini diharapkan dapat
memberikan pendidikan dan pelatihan kepada anak panti mengenai akuaponik
sebagai bekal di kemudian hari agar dapat hidup dengan mandiri setelah
menyelesaikan pendidikan," katanya.
Akuaponik dengan sistem rakit apung
tersebut sekaligus untuk memanfaatkan limbah botol plastik dari rintisan bank
sampah yang dimiliki panti.
"Pembuatan rakit apung ini bisa
dikreasikan sesuai dengan keinginan anak asuh, jadi tidak melulu bentuknya
itu-itu saja. Media pembuatannya juga bisa disesuaikan dengan apa yang
tersedia. Apalagi di sini ada rintisan bank sampah jadi banyak botol yang bisa
digunakan untuk membuat rakit apung," katanya.
Pada pelatihan tersebut bukan hanya
cara budidaya yang diedukasikan tetapi juga dari sisi pembukuan sederhana dan
pemasaran digital.
"Dalam rangka meningkatkan pemahaman
mitra di bidang akuaponik, kami melaksanakan kegiatan penyuluhan secara blended (luring dan daring),"
katanya.
Sementara itu, selain Hanif, beberapa
anggota lain dalam tim, yakni Khafid Alfian Rosyadi, Mia
Silviana, Cut Dede Diah Rosyidah, dan Haani Aulia Sabina. [dhn]