WAHANANEWS.CO, Jakarta - Uzbekistan dikabarkan semakin dekat untuk mengakuisisi jet tempur multiperan dari China, dengan dugaan kuat mengarah pada FC-1 Xiaolong atau yang lebih dikenal sebagai JF-17 Thunder.
Jika kesepakatan ini terwujud, Uzbekistan akan menjadi negara kelima yang mengoperasikan jet tempur hasil kerja sama Chengdu Aircraft Corporation (CAC) China dan Pakistan Aeronautical Complex (PAC).
Baca Juga:
Industri Elektronika dan Telematika Bidik Pasar Asia Tengah hingga Eurasia
Meskipun belum ada pernyataan resmi dari pemerintah kedua negara, tanda-tanda kesepakatan ini mulai tampak.
Sebuah video yang beredar di platform media sosial China memperlihatkan pilot Uzbekistan tengah menjalani pelatihan menerbangkan JF-17 di Negeri Tirai Bambu.
"Kami melihat ada indikasi kuat bahwa Uzbekistan akan membeli JF-17. Pelatihan pilot mereka di China bukanlah kebetulan," ujar seorang analis militer dari Pusat Kajian Keamanan Asia Tengah, Viktor Krasnov.
Baca Juga:
Gelar Nobar, Ribuan Warga Ende Tumpah Ruah di Mapolres Ende
Selain itu, sebuah sumber yang dekat dengan Kementerian Pertahanan Uzbekistan menyebutkan bahwa Beijing telah memberi lampu hijau untuk penjualan jet tempur ini.
Namun, belum ada informasi pasti mengenai jumlah unit yang akan dibeli.
Jika Uzbekistan benar-benar memilih JF-17, ini akan menjadi keputusan yang menarik. Sebelumnya, negara Asia Tengah ini dikabarkan mempertimbangkan pembelian jet tempur Dassault Rafale dari Prancis.
Namun, tampaknya arah kebijakan berubah ke China, yang kemungkinan besar menawarkan harga lebih kompetitif dan dukungan teknologi yang lebih fleksibel.
"Ini bukan hanya soal harga. China menawarkan lebih dari sekadar pesawat, mereka juga siap dengan transfer teknologi dan dukungan suku cadang jangka panjang. Ini faktor penting bagi Uzbekistan," tambah Krasnov.
Saat ini, Angkatan Udara Uzbekistan masih mengandalkan pesawat tempur peninggalan era Uni Soviet. Di antaranya 25 unit Su-27, 38 MiG-29, dan 13 jet serang Su-25.
Dengan modernisasi yang semakin mendesak, akuisisi JF-17 bisa menjadi langkah strategis untuk memperbarui kekuatan udara negara tersebut.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]