WahanaNews.co, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi adanya dua bibit siklon tropis di sekitar perairan Indonesia belum lama ini.
Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, dua bibit siklon tersebut dikenali sebagai bibit siklon tropis 91P dan bibit siklon tropis 91W.
Baca Juga:
BMKG Hang Nadim: Kota Batam Berpotensi Hujan Sepanjang Hari Ini
Kedua bibit siklon tersebut berlokasi berbeda. Bibit siklon tropis 91P terbentuk di sebelah selatan Papua, sementara bibit siklon tropis 91W berada di utara Samudera Pasifik, dekat Papua.
Berdasarkan pemantauan BMKG, bibit siklon tropis 91P terdeteksi di perairan Laut Arafura, barat Kabupaten Asmat, Papua.
Prediksi BMKG menunjukkan bahwa pada Rabu, potensi perkembangan bibit siklon tropis 91P masih rendah menjadi siklon tropis, demikian pula pada Kamis dan Jumat (9-10/5/2024).
Baca Juga:
Hingga 25 November: Prediksi BMKG Daerah Ini Berpotensi Cuaca Ekstrem
Sementara itu, bibit siklon tropis 91W terdeteksi di Samudera Pasifik, di utara Kabupaten Mamberamo Raya, Papua.
Bibit siklon tropis 91W ini juga diperkirakan berpotensi rendah menjadi siklon tropis.
Penyebab kemunculan dua bibit siklon tropis di Indonesia
Bibit siklon tropis 91P muncul dengan pusat sirkulasi berada pada posisi sekitar 5,6 derajat LS 137,1 derajat BT dengan kecepatan angin maksimum 5-20 knots atau 9-37 km per jam) dan tekanan udara minimum 1008 hPa, per Senin (7/5/2024).
Menurut Guswanto bibit siklon tropis ini muncul karena beberapa faktor.
Pertama, Madden Julian Oscillation (MJO) dan Equatorial Rossby yang secara spasial aktif di sekitar sistem dan berada pada perairan yang hangat (30 – 31 derajat Celsius).
MJO adalah aktivitas intra seasonal yang terjadi di wilayah tropis yang dapat dikenali berupa adanya pergerakan aktivitas konveksi yang bergerak ke arah timur dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik yang biasanya muncul setiap 30 sampai 40 hari.
Penyebab berikutnya adalah kelembaban udara yang cukup basah dan vortisitas sedang-tinggi pada lapisan bawah hingga menengah (850-500mb).
Terakhir, bibit siklon tropis 91P muncul karena divergensi lapisan atas dalam kategori cukup kuat (20-30 s-1) serta masukan massa udara ke sistem dari selatan.
Berbeda dengan bibit siklon tropis 91P, bibit siklon tropis 91W muncul membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) memanjang di sekitar Laut Arafuru serta menginduksi peningkatan kecepatan angin lebih dari 25 knot yang memanjang dari Laut Arafuru hingga Laut Aru.
Sirkulasi siklonik juga terpantai terjadi di Perairan Utara Kalimantan Barat dan Samudera Hindia barat Aceh.
Sirkulasi-sirkulasi tersebut membentuk daerah perlambatan kecepatan angin yang memanjang di Pesisir Utara Kalimantan Barat, Aceh, Sumatera Utara, serta membentuk daerah pertemuan angin di Pesisir barat Sumatera Utara hingga Sumatera Barat dan Laut China Selatan.
Dampak dua bibit siklon tropis di Indonesia
Guswanto menerangkan, kemunculan dua bibit siklon tropis di Indonesia berdampak pada potensi hujan sedang-lebat dan gelombang tinggi di sejumlah wilayah Indonesia.
Lantaran lokasi kemuncul dua bibit siklon tropis yang berbeda, wilayah yang merasakan dampak fenomena tersebut juga tidak sama.
Berikut dampak munculnya bibit siklon tropis di Indonesia:
1. Dampak bibit siklon tropis 91P
Berikut wilayah yang terdampak bibit siklon tropis 91P:
Hujan sedang-lebat
Maluku bagian Tenggara
Papua Tengah
Papua SelatanPapua Pegunungan
Gelombang laut tinggi 1,25-2,5 meter
Laut Banda
Perairan selatan Kepulauan Tanimbar
Perairan selatan Kepulauan Aru
Laut Arafuru.
2. Dampak bibit siklon tropis 91W
Kemunculan bibit siklon tropis 91P berpotensi meningkatan pertumbuhan awan hujan di sekitar bibit siklon tropis tersebut.
Berikut wilayah yang berpotensi mengalami dampak tersebut:
Bengkulu hingga Sumatera Barat
Kalimantan Selatan
Papua Barat
Aceh
Sumatera Utara
Laut Sulawesi
Laut Banda
Laut China Selatan
Perairan utara Kalimantan Barat
Samudera Hindia barat Aceh
Pesisir Utara Kalimantan Barat
Pesisir barat Sumatera Utara hingga Sumatera Barat.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]