WahanaNews.co | Larangan Twitter terhadap Presiden Donald Trump setelah serangan 6 Januari 2021 di Capitol AS, disebut oleh para pendukungnya sebagai "kesalahan besar" yang harus diperbaiki.
Hal ini juga dibenarkan oleh Kepala Eksekutif Twitter, Elon Musk, pada Jumat (25/11/2022).
Baca Juga:
Gegara Yahudi, Elon Musk Ancam 'Nuklir' ke Apple-Disney Cs
Namun demikian meskipun pemilik baru Twitter ini juga menyatakan bahwa hasutan untuk kekerasan akan terus dilarang di platform microblogging itu.
"Saya baik-baik saja dengan Trump tidak men-tweet. Yang penting adalah Twitter memperbaiki kesalahan besar dalam melarang akunnya, meskipun tidak ada pelanggaran hukum atau ketentuan layanan," kata Musk dalam tweet.
"Mencabut platform Presiden yang sedang duduk merusak kepercayaan publik di Twitter untuk separuh Amerika."
Baca Juga:
Peluncuran Kedua, Roket Starship Milik SpaceX Meledak Lagi
Pekan lalu, Musk mengumumkan pengaktifan kembali akun Trump setelah mayoritas tipis yang memilih dalam jajak pendapat Twitter telah mendukung pemulihan akun Trump.
Namun mantan presiden AS itu sendiri mengatakan, bagaimanapun, bahwa dia tidak tertarik untuk kembali ke Twitter.
Dia juga menambahkan dia akan tetap menggunakan situs media sosialnya sendiri, Truth Social, aplikasi yang dikembangkan oleh Trump Media & Technology Group.