WahanaNews.co | Belakangan ini di media sosial ramai imbauan agar tidak keluar rumah pada 22 Desember. Hal ini dikaitkan dengan adanya fenomena Solstis (Solstice) yang akan terjadi pada hari itu.
Namun, tahukah Anda bahwa informasi tersebut tidak benar?
Baca Juga:
Fenomena 'Bulan Kedua' di Bumi! Asteroid 2024 PT5 Hebohkan Netizen
Hal ini telah diungkapkan oleh peneliti dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang Hasanuddin yang dikutip dari Edukasi Sains Antariksa, Sabtu (17/12/2022).
Lantas, apakah itu fenomena Solstis?
Pengertian Solstis sebenarnya adalah fenomena astronomis biasa.
Baca Juga:
Mengungkap Rahasia Alam: Gempa Bumi Ternyata Kunci Pembentukan Bongkahan Emas
Menurut Andi, Solstice atau Solstis adalah kata yang berasal dari bahasa Latin yakni Solstitium, yang terdiri dari dua kata, "Sol" yang berarti Matahari dan "Stitium" yaitu bentuk kata kerja dari "Sistere" yang berarti tempat berhenti, singgah, atau balik.
Jadi, jika disimpulkan, artinya fenomena Solstis adalah Titik Balik Matahari.
Fenomena Solstis ini pun didefinisikan sebagai peristiwa astronomis ketika Matahari berada di paling utara ataupun selatan pada saat mengalami gerak semu tahunannya.
Posisi Matahari ini relatif terhadap ekuator langit atau perpanjangan khatulistiwa Bumi pada bola langit.
Ada dua jenis fenomena Sosltis, yang mana peristiwa astronomis ini terjadi dua kali dalam setahun, yakni pada bulan Juni dan Desember.
Penyebab terjadinya fenomena Solstis
Andi menjelaskan bahwa fenomena Solstis disebabkan oleh sumbu rotasi Bumi yang miring 23,44 derajat terhadap bidang tegak lurus ekliptika atau sumbu kutub utara-selatan ekliptika.
Pada saat Bumi berotasi maka sekaligus mengorbit Matahari sehingga terkadang Kutub Utara dan Belahan Bumi Utara akan condong ke Matahari.
Sementara di Kutub Selatan dan Belahan Bumi Selatan cenderung akan menjauhi Matahari.
Ini adalah kondisi saat fenomena Solstis berada pada bulan Juni, atau disebut juga dengan Solstis Juni atau Summer Solstice.
Sebaliknya, saat Kutub Utara dan Belahan Bumi Utara menjauhi Matahari dan Kutub Selatan dan Belahan Bumi Selatan condong ke Matahari, kondisi ini adalah Solstis Desember atau Winter Solstice.
Penyebutan fenomena Solstis Juni dan Solstis Desember ini, kata Andi, terdengar lebih netral karena tidak bergantung pada musim tertentu.
Dampak fenomena Solstis 22 Desember 2022
Lantas, apakah fenomena Solstis berbahaya bagi manusia?
Dampak fenomena Solstis, sebenarnya tidak seperti apa yang disampaikan dari informasi salah yang beredar ramai di media sosial.
Fenomena astronomis ini, menurut Andi, secara umum berdampak pada gerak semu harian Matahari saat terbit, berkulminasi dan terbenam.
Selain itu, dampak fenomena Solstis juga berpengaruh pada intensitas radiasi Matahari yang diterima permukaan Bumi.
Kendati demikian, dampak fenomena Solstis yang dapat diketahui adalah panjang durasi siang dan panjang durasi malam, serta berdampak pada pergantian musim.
Fenomena Solstis 22 Desember 2022, nantinya panjang siang yakni dari Matahari terbit ke Matahari terbenam di Belahan Bumi Selatan, durasinya akan lebih panjang dibandingkan dengan panjang malam (dari Matahari terbenam ke Matahari terbit).
Sedangkan Belahan Bumi Utara, durasi siang akan lebih pendek dibandingkan panjang malam.
Fenomena Solstis tidak berbahaya
Saat fenomena ini terjadi, Belahan Bumi Selatan akan mengalami puncak musim panas. Sedangkan di Belahan Bumi Utara akan mengalami puncak musim dingin.
Tidak seperti informasi salah yang beredar tentang fenomena Solstis di media sosial, Andi menegaskan bahwa dampak Solstis yang dirasakan manusia tentu tidak seekstrem yang dinarasikan.
Meskipun di hari terjadinya fenomena Solstis terjadi juga letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami maupun banjir rob, namun hal-hal itu tidak berkaitan dengan fenomena Titik Balik Matahari.
Fenomena Solstis adalah murni peristiwa astronomis yang juga dapat mempengaruhi iklim dan musim di Bumi, sedangkan fenomena-fenomena seperti gempa bumi atau gunung meletus, disebabkan oleh aktivitas seperti vulkanologis, atau seismik maupun hidrometeorologi. [eta]