Pembangunan pesawat ini diawali keinginan China untuk memiliki jet berkemampuan menyerang-bertahan yang mampu memainkan beragam peran.
Negeri Tirai Bambu kemudian mendapatkan total 76 pesawat Su-30MKK dari Rusia dan 24 Su-30MK2 untuk Angkatan Laut mereka.
Baca Juga:
KDEI Taipei Sosialisasikan Kebijakan Barang Kiriman dan Bawaan PMI kepada Masyarakat Indonesia di Taiwan
Dari sanalah kemudian China mengembangkan J-16.Selain Su-30MKK, desain J-16 juga dikembangkan dari pesawat J-11BS (versi pesawat latihan dari J-11).
Pesawat ini memiliki radar Active Electronically-Scanned Array (AESA) modern yang dirancang dan dikembangkan sendiri, Infrared Search and Track (IRST) dan sistem penanggulangan elektronik mutakhir.
Mesin WS-10 pada Shenyang J-16 juga dikembangkan secara lokal, meski didasarkan pada mesin General Electric GE F101 turbofan yang digunakan pula di Chengdu J-10, Shenyang J-11, dan Shenyang J-15.
Baca Juga:
Dandim Hadiri Rapat Paripurna Pelantikan dan Pengucapan Sumpah Anggota DPRD Kabupaten Merangin
Desain aerodinamis dari J-16 menekankan kemampuan manuver daripada siluman. Pewarnaan kamuflase jet membuat pesawat menyatu dengan warna langit dan laut. Ini membuatnya lebih sulit untuk dideteksi dengan mata telanjang.
Meski J-20 merupakan jet tempur China yang lebih canggih, PLAAF tetap membutuhkan J-16 karena kedua jenis jet tempur tersebut dapat saling melengkapi.
J-20 dapat menggunakan kemampuan silumannya untuk menghancurkan instalasi anti-udara musuh dan memenangkan superioritas udara terlebih dahulu. Tetapi J-20 tidak dapat membawa banyak senjata, seperti J-16.