WahanaNews.co | Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisikan (BMKG) minta agar masyarakat tetap tenang terkait kabar potensi tsunami setinggi 10 meter di Cilacap, Jawa Tengah.
Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie mengatakan, BMKG melakukan monitoring aktivitas gempa bumi dan tsunami di Indonesia setiap saat.
Baca Juga:
22 Tsunami Gate dan 20 Akselerograf Siap Deteksi Bahaya Megathrust di Banten
BMKG juga selalu menyampaikan informasi tersebut menggunakan berbagai moda komunikasi kepada stakeholder sesuai protokol yang berlaku.
"Kepada masyarakat pesisir selatan Jawa khususnya Kabupaten Cilacap diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," kata Ajie melalui keterangan tertulis yang dikutip, Selasa (2/8/2022).
Ajie menjelaskan, Cilacap merupakan salah satu wilayah di Jawa Tengah yang rawan bencana gempabumi dan tsunami.
Baca Juga:
Mitigasi Megathrust: BMKG Apresiasi Daerah yang Siap, Tapi Tantangan Tetap Ada
Secara geotektonik, terdapat zona subduksi, yaitu daerah pertemuan lempeng Indo-Australia yang masuk menyusup kebawah lempeng Eurasia di utara.
"Akibat dari aktivitas di zona subduksi ini, berdasarkan kajian saintifik, ada tiga segmen zona megathrust di selatan Pulau Jawa yang menyimpan akumulasi energi gempabumi terpicu bisa mencapai magnitudo 8,7," jelas Ajie.
Meski demikian, lanjut Ajie, gempabumi dan tsunami adalah peristiwa alam yang hingga saat ini belum dapat diprediksi kapan terjadinya.
"Potensi gempabumi dengan magnitudo 8,7 (di selatan Cilacap) bukanlah prediksi, sehingga kapan terjadinya tidak ada yang tahu," ujar Ajie.
Menurut Ajie seluruh pihak masih memiliki waktu untuk menyiapkan diri dan menata mitigasi bencana sebaik mungkin.
"Upaya pengurangan risiko bencana melalui tahapan mitigasi yang tepat harus dilakukan sedini mungkin dan bersifat pentahelix agar kita dapat mengantisipasi segala dampak yang mungkin terjadi menuju target keselamatan infrastruktur dan minim korban jiwa (zero victim) di daerah terdampak," kata Ajie.
Untuk mengidentifikasi dampak dari kemungkinan terjadinya gempabumi dengan magnitudo 8,7 di pesisir selatan Jawa, maka BMKG melakukan simulasi potensi landaan gelombang tsunami di Kabupaten Cilacap melalui pemodelan numerik berdasarkan skenario terburuk.
Tujuan dari pemodelan tsunami ini adalah sebagai acuan mitigasi konkret untuk pengurangan resiko bencana serta membantu pemerintah daerah memetakan tahapan mitigasi yang diperlukan sebagai upaya pengurangan resiko bencana gempabumi dan tsunami," ujar Ajie.
Diberitakan sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat waspada terhadap potensi tsunami setinggi 10 meter di pesisir Cilacap, Jawa Tengah.
Hal itu disampaikan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati usai membuka sekolah lapang gempabumi (SLG) yang digelar BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara di Cilacap, Rabu (27/7/2022). [qnt]