WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ilmuwan iklim mengeluarkan peringatan mengejutkan: dalam lima tahun mendatang, dunia mungkin mengalami kenaikan suhu global lebih dari 2 derajat Celsius.
Ini akan menjadi rekor pertama sejak era industri dimulai, menandai titik balik yang sangat mengkhawatirkan dalam krisis iklim.
Baca Juga:
Kaum Miskin Paling Terancam, Panas Ekstrem di Eropa Picu 50 Ribu Kematian
Setiap tahun, peneliti di Met Office, lembaga cuaca nasional Inggris, menggunakan data observasi dan model dari seluruh dunia untuk meramalkan kondisi iklim global lima tahun ke depan.
Dalam prediksi terbaru mereka, terungkap bahwa sebelum 2030, ada kemungkinan satu tahun akan mengalami suhu rata-rata global yang melampaui 2 derajat Celsius dibandingkan masa pra-industri.
"Peristiwa semacam itu akan menjadi benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya," ujar Adam Scaife dari Met Office seperti dikutip Kamis (29/5/2025).
Baca Juga:
Suhu Ekstrem 53 Derajat Celcius, Pemotor Tewas Terpapar Panas di Death Valley
Jika itu terjadi, menurut Scaife, ini akan menjadi peringatan serius tentang kegagalan dunia dalam menangani krisis iklim dan mengindikasikan risiko yang jauh lebih besar di masa depan.
Dalam jangka pendek, ilmuwan memprediksi kemungkinan sebesar 70 persen bahwa suhu global rata-rata dalam lima tahun ke depan akan melewati ambang 1,5 derajat Celsius. Angka ini naik tajam sebesar 47 persen dibandingkan prediksi tahun 2024.
Scaife memperingatkan bahwa tahun-tahun dengan suhu lebih dari 1,5 derajat Celsius akan menjadi hal biasa. “Ini statistik yang mengejutkan,” katanya.
Sementara itu, Leon Hermanson, ilmuwan lainnya di Met Office, menambahkan, “Sangat tidak mungkin, tetapi bisa saja terjadi. Tidak ada yang ingin melihatnya, tetapi itulah yang dikatakan sains kepada kita.”
Menurut Scaife, terjadinya pemanasan lebih dari 2 derajat Celsius kemungkinan besar hanya akan terjadi jika beberapa fenomena iklim ekstrem saling memperkuat dalam waktu bersamaan.
Misalnya, El Niño yang sangat kuat bersamaan dengan Osilasi Arktik dalam fase positif, yang bisa memanaskan daratan Eurasia secara signifikan.
Meski saat ini skenario seperti itu belum menjadi norma, para ilmuwan memperingatkan bahwa dalam waktu dekat kemungkinan itu akan meningkat drastis.
Satu-satunya jalan untuk mencegahnya adalah memangkas emisi gas rumah kaca secara masif dan segera.
Hanya sepuluh tahun lalu, Met Office bersama Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pertama kali menyatakan bahwa satu tahun dengan pemanasan lebih dari 1,5 derajat Celsius mungkin terjadi. Kini, dunia nyaris melewati ambang itu secara permanen.
Namun Chris Hewitt dari WMO menegaskan bahwa harapan belum sepenuhnya hilang.
Menurutnya, “Kita masih punya peluang untuk menghindari dampak paling berbahaya perubahan iklim jika kita memangkas emisi secara radikal dan menjaga suhu tetap dekat dengan ambang 1,5 derajat Celsius.”
Perjanjian Paris tahun 2015 sendiri menargetkan pembatasan pemanasan global jauh di bawah 2 derajat Celsius, dengan sasaran tambahan agar tetap berada di angka atau di bawah 1,5 derajat Celsius.
Target ini hanya akan gagal jika suhu tetap melampaui ambang tersebut selama beberapa dekade.
Tahun 2024 mencatat rekor baru: suhu rata-rata global sementara waktu melampaui batas 1,5 derajat Celsius. Pemicunya adalah kombinasi antara El Niño dan emisi karbon yang terus meningkat.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]