WahanaNews.co | Usai terjadinya kematian, tubuh akan mengalami pembusukan jenazah atau dekomposisi.
Dekomposisi merupakan proses alami yang melibatkan kerusakan jaringan. Pembusukan jenazah setelah tenggelam dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Baca Juga:
Keluarga hingga Kapolda Sumbar Hadir Saat Pembongkaran Makam Afif Maulana
Misalnya cuaca, suhu, kelembaban, pH, kadar oksigen, posisi tubuh, dan penyebab kematian. Kematian akibat tenggelam merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia nomor 3 menurut World Health Organization (WHO).
Seperti yang diketahui, jenazah anak Ridwan Kamil Emmeril Kahn Mumtazd (Eril) ditemukan setelah 14 hari tenggelam di Sungai Aare, Bern, Swiss. Jenazah Eril ditemukan dalam keadaan utuh.
Ridwan Kamil pun memberikan penjelasan ilmiah kenapa jenazah Eril ditemukan dalam keadaan utuh. Salah satu penyebabnya adalah kondisi air di Sungai Aare yang menjaga jasad Eril seperti semula.
Baca Juga:
Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang Ditolak Keluarga
"Penjelasan alamiah kenapa jasadnya masih utuh: Sungai Aare yang sedingin kulkas dan minim fauna, membuat jasadnya terjaga setelah membeku sehingga tetap utuh lengkap walau berada di dasar sungai selama 14 hari," tulis Ridwan Kamil.
Mengutip dari Ranker, proses dekomposisi jenazah di air lebih lambat dari di daratan. Jenazah akan cepat membusuk pada air hangat, jernih, dan tergenang karena mengandung banyak bakteri.
Sedangkan di air dingin dan mengalir, proses pembusukan jenazah akan terjadi lebih lama. Jenazah akan membusuk di udara terbuka selama seminggu, jauh lebih cepat dibandingkan pembusukan dalam air yang perlu waktu dua minggu.
Menurut peneliti dari Oak Ridge National Laboratory and Adjunct Associate Professor University of Tennessee Arpad A Vass, pembusukan jenazah terjadi sekitar 4 menit setelah manusia meninggal dunia.
Melansir dari laman After Math, ada empat tahap pembusukan jenazah yaitu autolisis, mengembung, peluruhan aktif, dan menjadi tengkorak. Berikut penjelasannya
A. Tahap pembusukan jenazah
1. Autolisis
Autolisis terjadi di bagian pencernaan. Begitu sirkulasi darah dan pernapasan berhenti, tubuh tidak memiliki cara untuk mendapatkan oksigen atau membuangnya. Kelebihan karbon dioksida menyebabkan lingkungan asam sehingga membrane dalam sel pecah.
Membran melepaskan enzim yang mulai memakan sel dari dalam ke luar. Rigor mortis menyebabkan kekakuan otot. Hal ini kemudian berdampak pada permukan kulit jenazah.
2. Mengembung
Enzim yang bocor kemudian menghasilkan banyak gas. Senyawa yang mengandung belerang juga melepaskan bakteri yang menyebabkan perubahasan warna kulit.
Hal itu yang menyebabkan tubuh menjadi mengembung. Pada tahap ini juga ada mikroorganisme dan bakteri yang menghasilkan bau menyengat yang disebut pembusukan.
3. Peluruhan Aktif
Pada tahap ini organ, otot, dan kulit menjadi cair. Ketika semua jaringan lunak tubuh terurai, rambut, tulang, tulang rawan, dan produk sampingan pembusukan lainnya tetap ada. Jenazah kehilangan massa paling banyak dalam tahap ini.
4. Tengkorak
Proses perubahan jenazah menjadi tengkorak memakan waktu yang cukup lama bergantung dari hilangnya komponen organik (kolagen) dan anorganik.
B. Faktor yang Mempengaruhi Pembusukan Jenazah dalam Air
1. Mikroorganisme
Mikroorganisme dapat bergerak secara leluasa karena suhu yang hangat di darat. Namun saat di air, suhu akan lebih rendah membuat gerak mikroorganisme melambat dan cenderung terhambat. Akibatnya, pembusukan jenazah melambat dan utuh lebih lama dibandingkan mayat di darat.
2. Hewan Liar
Meski mikroorganisme tidak berperan cepat dalam pembusukan, hewan liar bisa mengambil alih. Mereka akan melihat jenazah yang mengapung sebagai santapannya dan mulai memakan jenazah tersebut. Akibatnya, tubuh jenazah bisa berkurang bahkan habis dimakan hewan liar.
3. Lingkungan Perairan
Sungai memiliki banyak bentang alam seperti bebatuan dan ranting-ranting yang menjulur dari tepian. Hal-hal ini dapat membuat lebam baru bagi jenazah dan semakin merusak kondisinya. [rin]