WahanaNews.co, Jakarta - Hampir seluruh badan kucing umumnya ditutupi oleh bulu lebat berwarna, kecuali pada beberapa ras seperti kucing sphynx yang tidak memiliki bulu sama sekali.
Meskipun begitu, hampir semua kucing memiliki area pitak dengan sangat sedikit pertumbuhan bulu di sekitar mata, dekat dengan telinga.
Baca Juga:
Maxim Jakarta Rayakan World Animal Day Dengan Bagi-Bagi Makanan Kucing Dan Bersih-Bersih Kandang
Meski pada ras kucing berbulu lebat, dua titik di atas mata ini jarang memiliki pertumbuhan bulu yang signifikan.
Kehilangan bulu di daerah ini menjadi salah satu masalah umum yang sering ditemui pada kucing.
PetMD melaporkan bahwa kondisi ini dapat diakibatkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi, alergi, hingga penyakit.
Baca Juga:
Alergi Bulu Hewan Peliharaan: Kucing Lebih Dominan, Kenapa?
Meskipun begitu, para ahli menyatakan bahwa kebotakan di antara mata dan telinga termasuk dalam keadaan normal. Bahkan, mungkin memiliki peran yang penting dalam proses evolusi kucing.
Botak di antara mata dan telinga kucing
Melansir Kompas.com, sebagian besar bulu kucing terdiri dari dua lapisan, yakni lapisan bawah yang halus untuk memberikan kehangatan, serta lapisan bulu atas yang lebih kasar untuk perlindungan.
Lapisan bulu ganda tersebut meliputi sebagian besar permukaan tubuh kucing, kecuali pada beberapa bagian tertentu, seperti telapak kaki untuk mencegah kotoran dan kelembapan.
Bulu di sekitar area perianal atau sekitar lubang anus juga cenderung lebih tipis, bertujuan untuk membantu menjaga kebersihan area tersebut.
Namun, menurut Judith Stella, seorang ahli kesejahteraan hewan di Purdue University, Amerika Serikat, area di sekitar mata dan telinga memiliki kondisi khusus tersendiri.
Bulu yang jarang di area wajah kucing dianggap sebagai hal yang normal, meskipun alasan ilmiah di balik fenomena tersebut masih belum sepenuhnya dipahami oleh para peneliti.
"Pasti ada alasan evolusioner dan adaptif mengapa mereka seperti itu. Teori saya, hal ini ada hubungannya dengan suara," ungkapnya, dilansir dari Live Science.
Keunikan bagian botak ini tidak hanya terjadi pada kucing rumahan (Felis catus), tetapi juga spesies kucing kecil lain, seperti kucing liar Afrika (Felis lybica), ocelot (Leopardus pardalis), dan lynx (genus Lynx).
Sebaliknya, kucing besar seperti harimau (Panthera tigris), singa (Panthera leo), dan jaguar (Panthera onca) tidak memiliki ciri botak di atas mata.
Kehadiran dua titik botak pada kucing kecil mungkin merupakan hasil seleksi alam. Dia menjelaskan, area botak itu menguntungkan bagi kucing kecil, tetapi tidak bagi kucing besar.
Stella berhipotesis, keuntungannya terletak pada cara spesies kucing yang berbeda ini berburu.
"Kucing dapat mendengar suara ultrasonik, dan hewan pengerat bersuara dalam jangkauan pendengaran tersebut," katanya.
Kemungkinan membantu menangkap suara ultrasonik
Kurangnya bulu di antara mata dan telinga kucing kemungkinan membantu memfokuskan gelombang suara ke telinga atau mengarahkan ke mana suara itu berasal.
Meski spesies kucing kecil diketahui berburu segala jenis mangsa, mulai dari burung hingga ular, penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar makanan mereka berasal dari hewan pengerat.
Oleh karena itu, adaptasi apa pun untuk mendeteksi hewan-hewan tersebut merupakan keuntungan yang berharga.
Berbeda, bagi spesies kucing besar yang memburu hewan lebih besar seperti antelop atau babi hutan, mendeteksi frekuensi ultrasonik kurang penting untuk kelangsungan hidup.
Itulah mengapa kucing besar belum mengembangkan pola bulu botak seperti pada kucing kecil.
Ahli biologi evolusi di Washington University, Amerika Serikat, Jonathan Losos menjelaskan, mudah untuk memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap hipotesis tersebut.
Namun sebenarnya, jauh lebih sulit untuk benar-benar menguji dan membuktikan hipotesis.
"Bagaimana kita menguji hipotesis ini? Mungkin dengan analisis akustik mendetail pada pendengaran kucing," kata dia.
Dia melanjutkan, ilmuwan juga dapat meneliti kucing dengan tingkat kebotakan yang berbeda-beda untuk membandingkan kemampuan dalam mendeteksi hewan pengerat atau keberhasilan berburunya.
Ilmuwan juga dapat mencoba menghapus kebotakan tersebut untuk mengevaluasi dampaknya terhadap keberhasilan berburu kucing.
"Saya tidak yakin bagaimana caranya melakukan hal ini, dan saya tidak tahu apakah ada penelitian sebelumnya yang telah memperhatikan bagian yang tidak berbulu ini," katanya.
Menurut Losos, keberadaan karakteristik ini pada spesies kucing kecil dapat mencerminkan adanya keunggulan adaptif tertentu.
Namun, Losos menegaskan agar tidak membuat kesimpulan tanpa bukti yang lebih konkret.
"Ada kemungkinan suatu karakteristik berkembang karena satu alasan tertentu, dan hanya kebetulan bermanfaat untuk alasan lain," ujarnya.
"Mungkin bercak yang tidak berbulu ini disukai dalam seleksi pasangan pada spesies kecil karena alasan tertentu, tetapi kemudian setelah mengalami evolusi melalui seleksi seksual, ternyata memiliki manfaat dalam konteks berburu," tambahnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]