WahanaNews.co | Rencana pengembangan energi biomassa sebagai bahan bakar pendamping atau bahkan pengganti, sudah melewati tahap studi. "Biomass dari sawit lebih feasible kalau dibandingkan dengan RDF (refused derived fuel)," kata Anton Sri Widodo, Vice President Pabrik 6 PT Pupuk Kalimantan Timur saat dikunjungi KONTAN di Bontang, Kalimantan Timur, Selasa (26/7).
Perusahaan-perusahaan dalam negeri dituntut untuk semakin masif mengembangkan energi baru dan terbarikan (EBT) atau energi hijau. Sejalan dengan itu, PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) menimbang rencana pengembangan energi biomassa yang berasal dari limbah pabrik pengolah sawit.
Baca Juga:
Pemkab Fakfak dan Pupuk Kaltim Lakukan Ratas bersama Menteri Investasi, Pabrik Pupuk Fakfak Segera Dibangun
Untuk mengoperasikan 13 pabrik beserta utilitas pendukung, Pupuk Kaltim memerlukan daya yang stabil. Sementara hasil studi Pupuk Kaltim menunjukkan biomassa dari sawit lebih mungkin diterapkan karena kandungan kalori yang lebih terukur. Berbeda dengan RDF dengan kalori bervariasi sehingga pemanfaatannya bisa mempengaruhi performa pabrik.
RDF adalah energi biomassa yang diperoleh dalam pengelolaan sampah. Pengelolannya sekaligus bertujuan mengurangi timbunan sampah. Energi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik maupun penyediaan energi bersih bagi masyarakat.
Sementara untuk mencukupi kebutuhan sawit dalam proyek biomassa, Pupuk Kaltim bermaksud memanfaatkan limbah olahan sawit milik anak usaha. "Kami sudah masuk ke agrukultur bahkan agrokimia jadi nanti yang dipakai untuk biomass hanya limbah dan bukan buah sawitnya," tutur Anton.
Baca Juga:
Siapkan SDM Unggul Berkompeten, Pupuk Kaltim Kembali Gelar Program Vokasi Industri dan Magang Bersertifikat
Melansir dari KONTAN, Pupuk Kaltim memiliki anak usaha yang bergerak di industri sawit yakni PT Kalimantan Agro Nusantara (Kalianusa). Lewat kongsi dengan PTPN XIII, perusahaan mengakuisisi Kalianusa pada tahun 2019 lalu. Kini Pupuk Kaltim tercatat sebagai pemegang saham mayoritas.
Total lahan tanaman menghasilkan milik Kalianusa kini mencapai 6.997 hektare (ha) sedangkan lahan tanaman belum menghasilkan seluas 214,66 ha. Lalu sisa lahan sekitar 889 ha akan disertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) segera setelah HGU terbit bersamaan dengan kebun plasma seluas 1.180 ha.
Kalianusa dapat memproduksi 30 ton tandan buah segar (TBS) per jam. Dari produksi tersebut, mereka menghasilkan volume minyak sawit (CPO) sebesar 40 ribu ton per tahun.
Menghidupkan Pabrik 1
Selain merancang sumber energi pendamping berupa biomassa sawit, Pupuk Kaltim juga bermaksud mengoptimalkan pemanfaatan limbah CO2 dalam proses produksi pupuk urea. Dua rencana mereka persiapkan yakni pembangunan pabrik soda ash dan penghidupan kembali Pabrik 1.
Untuk rencana pertama, Pupuk Kaltim akan membangun pabrik soda ash di area seluas 16 hektare (ha) dengan kapasitas produksi 300.000 metrik ton per tahun. Selain soda ash, pabrik juga akan menghasilkan produk sampingan berupa amonium klorida dengan kapasitas hingga 300.000 metrik ton per tahun.
Soda ash adalah bahan baku penting yang digunakan dalam sejumlah industri pembuatan kaca, deterjen, sabun dan bahan kimia lain. Soda ash yang merupakan garam natrium dari asam karbonat juga berguna untuk menaikkan pH air kolam renang hingg mengendapkan kotoran agar kolam air tetap bersih.
Bahan pembuat soda ash secara kimia yakni amonia, CO2 dan garam. Karena sudah memiliki limbah CO2 yang dihasilkan dalam proses produksi amonia dan produk amonia sendiri, Pupuk Kaltim hanya perlu membeli garam industri. Asal tahu, pemanfaatan limbah CO2 yang dihasilkan dalam proses produksi amonia itu dikenal dengan konsep blue ammonia.
Pupuk Kaltim menargetkan pabrik soda ash beroperasi mulai akhir 2025. Saat ini, perusahaan sedang dalam proses tender yang diikuti oleh lima peserta. Target penetapan pemenang tender antara Februari hingga Maret 2023.
Adapun untuk rencana kedua, Pupuk Kaltim berniat menghidupkan kembali Pabrik 1. Karena usia yang sudah lanjut, sebelumnya operasional pabrik itu dihentikan lalu digantikan dengan keberadaan Pabrik 5 pada tahun 2015.
Kalau semula terdiri dari tiga unit pabrik yakni amonia, urea dan utilitas, ke depan Pupuk Kaltim hanya bermaksud membangun kembali pabrik urea di Pabrik 1. Desain kapasitas produksinya mencapai 1.725 ton per hari.
Anton menjelaskan, selama ini limbah CO2 dari pabrik amonia sudah diolah menjadi urea. "Tapi masih tetap ada excess-nya jadi Pabrik 1 nanti ditujukan untuk menambah kapasitas urea yang memanfaatkan excess CO2 itu," kata dia.
Sebagai informasi, Pupuk Kaltim adalah produsen pupuk urea terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Sejauh ini, mereka memiliki 13 pabrik yang terdiri dari masing-masing lima pabrik dan urea, satu pabrik NPK fused granulation, satu pabrik NPK blending, satu pabrik boiler batubara serta unit pergudangan.
Total kapasitas produksi pupuk urea sebesar 3,43 juta ton per tahun sedangkan amonia mencapai 2,74 juta ton per tahun. Kalau kemampuan produksi NPK sebanyak 300.000 ton per tahun. [tum]