WahanaNews.co | Gunung Merapi di Sumatera Barat sempat alami erupsi pada Sabtu (7/1/2023) pukul 06.11 WIB.
Semburan abu vulkanik Gunung Marapi memiliki tinggi kolom abu teramati ± 300 meter di atas puncak berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah tenggara.
Baca Juga:
Gunung Merapi Kembali Erupsi Luncurkan Awan Panas Sejauh 1,5 Km
Saat ini, Gunung Marapi masih berstatus Waspada atau Level II yang diberlakukan sejak Agustus 2011.
Dengan adanya aktivitas ini, masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan wisatawan tidak diperbolehkan mendekati dalam radius 3 kilometer dari kawah atau puncak.
Mengenal Gunung Marapi
Baca Juga:
Gunung Merapi Ngamuk Lagi, Luncurkan 40 Kali Guguran Lava Pijar
Dilansir dari Detikcom, Gunung Marapi merupakan sebuah gunung api bertipe strato yang berada di Sumatera Barat.
Gunung ini masuk ke dalam wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, dan Kotamadya Padang Panjang.
Dilansir dari laman vsi.esdm.go.id, ketinggian Gunung Marapi adalah 2.891,3 mdpl dengan beberapa bagian kawah.
Bagian-bagian kawah Gunung Marapi antara lain Kaldera Bancah, Kapundan Tuo, Kabun Bungo, Kapundan Bongso, Kawah Verbeek atau Kapundan Tenga.
Karakter letusan Gunung Marapi berupa letusan secara eksplosif maupun efusif dengan masa istirahat rata - rata 4 tahun.
Namun sejak awal tahun 1987 sampai saat ini, letusannya menjadi bersifat eksplosif dan sumber letusannya hanya berpusat di Kawah Verbeek.
Letusan Gunung Marapi biasanya disertai suara gemuruh, dan lontaran material seperti abu, pasir, lapili. Kadang - kadang juga diikuti oleh lontaran material pijar dan bom vulkanik (Rasyid, 1990).
Jenis potensi bahaya Gunung Marapi yang dapat mengancam keselamatan manusia dan harta benda, terdiri atas awan panas, hujan abu lebat, lontaran batu (pijar) dan lahar.
Sementara kejadian aliran lava jarang mencapai lereng bawah yang berpenduduk, sehingga tidak membahayakan.
Sejarah Letusan Gunung Marapi
Sejarah letusan Gunung Marapi tercatat sejak tahun 1807 yang serupa dengan letusan pada 1822.
Pada 1822 terjadi kepulan asap hitam kelabu yang disusul leleran lava disertai sinar api merah tua dalam waktu seperempat jam. Setelah itu terjadi asap dan awan debu selama setengah hari juga teramati sinar api terus-menerus sampai keesokan harinya. Kerusakan yang diakibatkannya kecil (du Puy, 1845, p.12; Junghuhn, p.139-1240)
Letusan berikutnya terjadi pada tahun 1833, 1834, 1845, 1854, 1855, 1856, 1861, 1863, 1871, 1876, 1877, 1878, 1883, 1885, 1886,dan 1888.
Pada rentang tahun 1889, 1904, 1905, 1908, 1910, 1911, 1913, terjadi letusan namun keterangan kurang jelas.
Letusan berikutnya kembali terekam pada tahun 1916, 1917, 1918, 1919, 1925, 1927, 1929, 1930, 1932, 1949, 1951, dan 1952.
Pada tahun 1955, 1956, 1957, 1958, 1967, dan 1970 terpantau adanya peningkatan aktivitas.
Letusan berikutnya terjadi pada tahun 1971, 19722, 1973, 1975, dan 1977.
Letusan pada 8 September 1978 berupa letusan eksplosif di kawah Verbeek dan c, dengan asap letusan berbentuk kembang kol mencapai ketinggian lk 1500m. Saat itu hujan abu yang ditimbulkan sampai ke daerah Tanah Datar.
Begitu juga letusan pada 8 Mei dan 14 Oktober 1980, letusan eksplosif disertai suara gemuruh pada kawah Verbeek dengan Tinggi asap lk.1000m dan hujan abu sampai ke Kabupaten Tanah Datar.
Letusan berikutnya terjadi pada tahun 1981, 1982, 1983, 1984, 1985, 1987, 188, 1989, dan 1990.
Letusan terbaru terjadi pada tahun 2005, 2006, dan 2023.
Jalur Pendakian Gunung Marapi
Jalur pendakian Gunung Marapi ke arah puncak dapat dijangkau dari tiga arah, yakni dari arah tenggara, barat laut dan selatan.
Masing-masing jalur pendakian tersebut dimulai dari Pariaman, Sungai Puar dan Kota Baru.
Jalur pendakian yang biasa digunakan untuk melakukan pendakian adalah dari jalur Koto Baru. [rgo]