WahanaNews.co, Jakarta - Korea-Indonesia Marine Technology Cooperation Research Center (MTCRC) adalah pusat penelitian bersama di bidang ilmu dan teknologi kelautan yang didirikan oleh Korea, diwakili oleh KIOST atas nama Kementerian Kelautan dan Perikanan (MOF), serta Indonesia yang diwakili oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Kemenko Marves.
MTCRC memiliki fungsi utama sebagai platform kerjasama, penelitian bersama, dan peningkatan kapasitas untuk memperkuat serta mempromosikan kerjasama praktis dalam ilmu dan teknologi kelautan antara kedua negara.
Baca Juga:
Pemkot Semarang dan BRIN Sukses Budidayakan Varietas Bawang Merah Lokananta Maserati
Sebagai bagian dari kegiatan peningkatan kapasitas, MTCRC telah melaksanakan program berjudul "Capacity Development for Benthic Mapping Training," yang berlangsung dari tanggal 28 September hingga 2 Oktober 2024, di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, dan Kantor KIOTEC, BPPSDMKP Ancol. Pelatihan ini menghadirkan dua pelatih ahli dari Pusan National University (PNU) dan diikuti oleh peneliti MTCRC.
Selama lima hari pelatihan intensif, peserta mempelajari praktik pengoperasian drone yang dilengkapi dengan sensor multispektral serta radiometer hiperspektral untuk membangun pustaka spektral objek bentik.
Baca Juga:
Fenomena Langka: Badai Matahari Dahsyat Hantam Bumi, Indonesia Waspada
Peserta mempelajari praktik pengoperasian drone yang dilengkapi dengan sensor multispektral. [WahanaNews.co/MTCRC]
Selain itu, peserta juga dilatih dalam pengolahan data, seperti pembuatan ortofoto, koreksi atmosfer, koreksi pantulan cahaya, dan koreksi kolom air, serta penggunaan metode semi-analitis SAMBUCA untuk klasifikasi habitat bentik. Saat ini, pemetaan bentik di Indonesia masih belum banyak dilakukan dan belum berkembang dengan baik.
Dengan pelatihan ini, diharapkan metode yang dipelajari dapat diterapkan di seluruh perairan jernih di Indonesia, guna mendukung upaya perlindungan ekosistem pesisir, menjaga keanekaragaman hayati, serta berkontribusi terhadap mitigasi perubahan iklim melalui pemanfaatan sumber daya karbon biru secara berkelanjutan, yang merupakan salah satu fokus utama MTCRC.
Pelatihan ini juga diharapkan dapat memperkuat kapasitas peneliti MTCRC, terutama dalam survei pemetaan habitat bentik menggunakan sensor multispektral, serta penerapan metode yang lebih efisien untuk pemetaan di pulau-pulau kecil.
Salah satu hasil jangka panjang dari pelatihan ini adalah pengembangan panduan atau metodologi pemetaan habitat bentik, yang akan menjadi bekal penting dalam pelaksanaan proyek peningkatan kapasitas melalui program bantuan pembangunan resmi (Official Development Assistance) bertajuk "Establishment of the Integrated Ocean Fisheries Technology Training Center and Enhancement of Capacity Building in Indonesia" (ODA KIOTEC). Proyek ODA KIOTEC didanai oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (MOF) Republik Korea dan diprakarsai oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Republik Indonesia.
Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia Indonesia di sektor maritim, terutama melalui kursus dan program pelatihan khusus.
Dalam pelatihan ini, Mr. Seungil BAEK, sebagai pelatih, menyatakan bahwa pelatihan ini merupakan langkah positif dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di Indonesia.
Pengetahuan yang diperoleh tidak hanya akan memperkuat kemampuan peserta dalam survei pemetaan habitat bentik, tetapi juga akan berkontribusi pada upaya konservasi dan pengelolaan ekosistem laut secara berkelanjutan.
Hasil dari pelatihan ini juga dipresentasikan oleh peneliti MTCRC dalam salah satu sesi program pelatihan Regional Training and Research Center on Marine Biodiversity and Ecosystem Health (RTRC-MarBEST) dengan judul "Remote Sensing-Based Seagrass Blue Carbon Assessment," yang diselenggarakan oleh Pusat Riset Oseanografi, BRIN.
Melalui pelatihan ini, MTCRC menunjukkan komitmennya untuk mendukung penelitian yang berkelanjutan, khususnya mengenai karbon biru, serta memperkuat kerjasama antara Korea dan Indonesia di bidang penelitian dan pengembangan teknologi kelautan secara umum.
[Redaktur: Amanda Zubehor]