Meski menjanjikan energi hampir tanpa batas dan bebas karbon, teknologi fusi hingga kini masih menghadapi tantangan teknis besar dan biaya yang terus membengkak.
Laporan Badan Tenaga Atom Internasional berjudul World Fusion Outlook 2025 mencatat riset fusi telah bergeser dari eksperimen ilmiah menjadi prioritas strategis nasional di banyak negara.
Baca Juga:
Elon Musk Buka Lowongan Gamer Bergaji Miliaran untuk Latih AI xAI
Saat ini lebih dari 160 fasilitas fusi tercatat sudah beroperasi, sedang dibangun, atau direncanakan di berbagai belahan dunia.
Investasi swasta global di sektor energi fusi bahkan telah melampaui US$10 miliar atau setara Rp166,34 triliun, dengan dukungan dana kekayaan negara, korporasi besar, hingga pengguna energi.
IAEA menyoroti ITER sebagai eksperimen fusi terbesar di dunia yang masih menjadi tulang punggung kolaborasi internasional dalam mendorong kemajuan ilmiah dan teknis.
Baca Juga:
Usai Viral Keluhan Karyawannya Elon Musk Hadirkan Oven Pizza di Kantor
Sebanyak 33 negara dengan ribuan ilmuwan dan insinyur terlibat dalam pengembangan perangkat fusi magnetik Tokamak untuk membuktikan kelayakan fusi sebagai sumber energi berskala besar.
Di luar ITER, pemerintah dan sektor swasta juga mengembangkan beragam pendekatan teknologi fusi secara paralel.
Pendekatan tersebut mencakup Tokamak, stellarator, konfinemen laser dan inersial, magneto-inersial, mesin cermin, konfigurasi medan terbalik, hingga teknologi pinches.