WahanaNews.co, Washington - Pesawat antariksa New Horizons milik NASA berhasil menemukan gunung es di Pluto pada Juli 2015 setelah melakukan pengamatan selama beberapa tahun terhadap planet kerdil tersebut.
Perlu dicatat bahwa Pluto tidak lagi dianggap sebagai planet dalam sistem tata surya kita, tetapi sebagai planet kerdil yang tidak mengorbit Matahari. Sejak itu, Pluto sering diabaikan dalam diskusi astronomi.
Baca Juga:
NASA Temukan Planet Mirip Bumi, Bisakah Dihuni Manusia?
Setelah NASA mengabadikan gambar permukaannya, terungkap bahwa terdapat pegunungan yang terdiri dari es air padat dengan lapisan salju metana.
Foto-foto tersebut juga memperlihatkan dataran es nitrogen yang halus. Pada pemeriksaan lebih lanjut terhadap gambar-gambar tersebut, para peneliti menemukan bahwa beberapa kubah gunung sebenarnya adalah gunung berapi.
Penemuan ini mengubah pandangan para ilmuwan terhadap Pluto dengan mengungkap kompleksitas geologisnya, dan kembali menghidupkan ide bahwa kehidupan mungkin ada di alam semesta yang sangat luas.
Baca Juga:
Fenomena Langka, 6 Planet Bakal Berbaris di Angkasa Awal Juni 2024
Ilmuwan menggambarkan gunung es Pluto dalam dua gundukan es menggunung, yang dinamai Wright Mons dan Piccard Mons setinggi 3 mil (4,8 km) di atas permukaan dan lebar 90 mil (144 km), sebagaimana dikutip dari World Atlas.
Saking menakjubkannya, volume gunung es di Pluto ini sama dengan salah satu gunung berapi paling menakutkan di dunia, yakni Mauna Loa di Hawaii,
Namun, peneliti mengatakan bahwa gunung ini tidak melepaskan lava ke atmosfer seperti gunung berapi di Bumi. Sebaliknya, gunung es ini menghasilkan aliran air dingin yang menyerupai gletser.
Selain itu, letusan gunung berapi Pluto juga dapat mengeluarkan gas metana dan nitrogen.
Meskipun berada di lingkungan bulan yang dingin, gunung es Pluto memiliki keistimewaan tersendiri.
Di mana ini membentang di atas hamparan yang luas yang terdiri dari beberapa gunung berapi es dengan tekstur yang unik, menghiasi medan dengan pola naik dan turun yang menarik.
Penemuan gunung berapi es juga sekaligus mengindikasikan bahwa Pluto mungkin memiliki sumber panas internal yang masih aktif dan memicu letusan nitrogen-metana ke permukaan planet.
Menurut ilmuwan, ini menjadi penemuan yang unik, karena ukuran Pluto yang kecil dan tak mengorbit ini seharusnya sudah kehilangan sebagian besar panas internalnya.
NNamun, hasil analisis terbaru menunjukkan bahwa gunung berapi di Pluto masih aktif dan mengindikasikan adanya aliran air di bawah permukaan.
Terkait hal ini, sumber panas yang memicu aktivitas tersebut masih belum diketahui oleh para ilmuwan.
Meskipun kepercayaan ilmuwan bahwa Pluto mungkin memiliki lautan di bawah permukaan, penemuan gunung berapi es menimbulkan kemungkinan bahwa air atau cairan lain masih tersedia dan mungkin berada dekat dengan permukaan.
Dalam konteks ini, konsep keberadaan sumber panas internal meningkatkan spekulasi tentang potensi kehidupan di Pluto.
Meskipun demikian, tantangan signifikan muncul karena keberlanjutan sumber nutrisi sangat penting bagi kelangsungan hidup organisme, terutama menghadapi vulkanisme yang bersifat episodik, yang membuat panas air berfluktuasi dan sulit untuk dihuni.
Kedepannya, keberlanjutan aktivitas gunung es di Pluto tetap menjadi pertanyaan besar bagi para ilmuwan.
Mengingat beberapa gunung berapi di Bumi bisa tidak aktif dan kemudian aktif kembali, temuan ini menambahkan dimensi dinamika yang kompleks.
Untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam, ilmuwan menekankan pentingnya peralatan dan penelitian yang lebih lanjut.
Misi masa depan yang menggunakan radar penembus es diharapkan dapat memberikan wawasan lebih rinci tentang Pluto dan gunung berapinya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]