WahanaNews.co, Jakarta - Dua ekor hiu betina yang terancam punah ditemukan bereproduksi tanpa kehadiran pejantan. Fenomena ini diduga sebagai mekanisme mereka bertahap hidup di tengah merosotnya populasi hiu jantan.
Melansir dari CNN Indonesia, Rabu (7/8/2024) hal tersebut terungkap dalam sebuah studi yang meneliti dua hiu betina yang tinggal di sebuah penangkaran akuarium di Italia. Studi tersebut terbit pada 26 Juli 2024 di jurnal Scientific Reports.
Baca Juga:
Niat Mencari Gurita, Nelayan di Nias Utara Luka Parah Digigit Hiu
Dalam studi itu, para ilmuwan mendokumentasikan reproduksi aseksual yang berulang pada dua hiu smooth-hound (Mustelus mustelus), yang diklasifikasikan sebagai spesies yang terancam punah oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam. Hiu ini biasanya ditemukan di Laut Mediterania dan perairan hangat lainnya, tetapi terancam oleh penangkapan ikan ilegal.
Kedua hiu betina tersebut berada di penangkaran di Akuarium Cala Gonone di Italia dan telah menghabiskan 14 tahun terakhir jauh dari hiu jantan. Sejak tahun 2020, kedua betina bereproduksi secara aseksual, yang mengindikasikan partenogenesis fakultatif.
Partenogenesis bermakna "virgin birth" atau "kelahiran perawan" dalam bahasa Yunani, dan menggambarkan ketika sel telur berkembang menjadi keturunan tanpa pembuahan. Meskipun jarang terjadi pada vertebrata, fenomena ini telah diamati pada reptil seperti buaya dan ular air, amfibi, dan beberapa ikan.
Baca Juga:
Perahu Karam, Nelayan Bertarung Lawan Hiu dengan Tangan Kosong
Namun, ini adalah kasus partenogenesis fakultatif pertama yang didokumentasikan pada spesies hiu ini. Para peneliti menemukan bahwa kedua betina tersebut dapat bereproduksi secara partenogenesis kira-kira setahun sekali.
Hal itu mengesampingkan kemungkinan reproduksi seksual karena sperma yang tersimpan, menurut para peneliti.
"Hebatnya, temuan ini mengungkapkan bahwa partenogenesis dapat terjadi setiap tahun pada hiu ini, bergantian antara dua betina, dan secara meyakinkan mengesampingkan penyimpanan sperma jangka panjang sebagai penyebabnya," tulis para penulis dalam studi tersebut, mengutip Live Science, Rabu (7/8).
Secara keseluruhan, kedua betina ini telah melahirkan empat anak. Anak pertama lahir pada tahun 2016, namun mati dan jasadnya tidak diteliti.
Kemudian, anak kedua lahir pada tahun 2020, satu lagi pada tahun 2021, dan yang ketiga pada tahun 2023. Namun begitu, hanya satu anak hiu yang bertahan hidup sampai saat ini, yakni yang lahir pada 2021.
Untuk memastikan asal-usul genetik keturunannya, para peneliti mengambil sampel DNA dari masing-masing tiga anak hiu dan membandingkannya dengan hiu dewasa. Temuan mereka menunjukkan bahwa dalam serangkaian penanda yang diuji, keturunannya memiliki gen yang identik dengan induknya.
Penemuan ini menyoroti pentingnya partenogenesis sebagai mekanisme bertahan hidup pada populasi liar dengan jumlah jantan yang menurun, kata para peneliti.
"Temuan ini sangat meningkatkan pemahaman kita tentang strategi reproduksi pada hiu dan dapat menginformasikan upaya konservasi untuk spesies yang terancam punah," kata para penulis dalam studi tersebut.
Meskipun penelitian ini berfokus pada hiu lanjaman, partenogenesis telah dilaporkan pada spesies lain, termasuk hiu bambu berbintik putih (Chiloscyllium plagiosum), hiu zebra (Stegostoma tigrinum), dan hiu gelombang (C. ventriosum).
[Redaktur: Alpredo Gultom]