Meskipun banyak eVTOLS, yakni pesawat lepas landas pendaratan vertikal listrik, tidak memiliki roda dan tidak bisa berjalan di darat, eVTOLS milik Xpeng ini terlihat seperti mobil mewah daripada pesawat kecil beroda.
Faktanya, model eVTOLS tersebut dirancang untuk 90 persen dikendarai di jalan lebih dan hanya diterbangkan saat terjadi kemacetan atau hambatan.
Baca Juga:
Uni Eropa Berlakukan Tarif Tinggi Mobil Listrik Buatan China
Pendiri Aeroht Zhao mengatakan mobil itu menggunakan empat mesin listrik dan delapan baling-baling, mampu diproduksi secara massal pada 2025.
Pengembangan eVTOLS sudah ada sejak setidaknya satu dekade. Zhao memperkirakan akan mematok harga sekitar 1 juta yuan (US$140.000 atau Rp2,18 miliar).
Harga ini tergolong cukup terjangkau karena Aeroht memanfaatkan rantai pasok milik induk usahanya, produsen mobil listrik Xpeng Inc.
Analis Morgan Stanley mengungkapkan pada tahun-tahun berikutnya, bidang ini menjadi semakin ramai karena para investor bermimpi untuk mewujudkan visi yang hanya ada di buku komik dan fiksi ilmiah.
Baca Juga:
Neta Luncurkan Model Ketiga Mobil Listrik di Indonesia, Dukung Pengurangan Emisi Karbon
Perusahaan China termasuk Aeroht, Ehang Holdings Ltd. dan TCab Tech bergabung dalam perlombaan sekitar setengah dekade terakhir, mengambil inspirasi dari merek asal AS seperti Joby dan Archer.
Mereka memupuk generasi pengusaha dan investor yang mencoba meniru kesuksesan yang dimiliki China dengan EV, menggunakan banyak keunggulan yang sama: rantai pasokan yang luas, kumpulan tenaga kerja terampil, pasar domestik, dan dukungan resmi. [rna]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.