WahanaNews.co | Sejumlah sesar aktif di Pulau Jawa perlu diwaspadai lantaran pergerakannya berpotensi memicu gempa. Salah satu sesar aktif yang bersemayam di pantai utara Jawa dikenal dengan nama zona Sesar Kendeng.
Dikutip dari Kompas.com, Sesar Kendeng merupakan salah satu dari ratusan sumber gempa baru dalam revisi peta gempa bumi nasional yang disusun oleh Tim Pusat Studi Gempa Nasional.
Baca Juga:
Soal Bahaya Megathrust, BMKG Ingatkan Lagi Warga Sukabumi
Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017 tersebut memperbarui data yang pernah dipublikasikan pada tahun 2010.
Lokasi Sesar Kendeng
Sesar Kendeng adalah zona sesar yang memanjang dari barat ke timur, yang dimulai dari selatan Semarang, Jawa Tengah, hingga bagian barat Jawa Timur yang melintang sejauh 300 kilometer.
Baca Juga:
BMKG Deteksi 7 Patahan Sesar Aktif Kepung Cianjur
Sesar Kendeng terbagi dalam 6 (enam) segmen, yaitu Segmen Demak, Segmen Purwodadi, Segmen Cepu, Segmen Blumbang, Segmen Surabaya, dan Segmen Waru.
Dikutip dari Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017, Sesar Kendeng terdiri dari kumpulan sesar-sesar naik dan lipatan-lipatan (blind faults) yang dapat diamati dari adanya anomali Bouguer di daerah ini (Hamilton, 1979; Simandjuntak dan Barber, 1996; Smyth, 2008).
Ahli gempa bumi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang juga Ketua Pokja Geologi Tim Revisi Peta Gempa Bumi Nasional, Danny Hilman Natawidjaja, mengatakan bahwa penemuan sesar darat di sepanjang pantai utara Jawa ini memiliki implikasi penting bagi mitigasi bencana.
Danny juga menjelaskan bahwa Sesar Kendeng bisa memicu gempa bumi hingga kekuatan magnitudo 7 di sekitar Kota Surabaya.
Perbedaan Sesar dan Megathrust
Dikutip dari laman Universitas Negeri Jember, sesar atau patahan (fault) merupakan pergeseran lapisan batuan akibat gaya tekan kerak Bumi.
Sebagai informasi, kerak Bumi tersusun atas batuan yang bisa mengalami gaya tekan, sehingga terjadi patahan. Akibat gesekan dan kuatnya batuan, batuan tak bisa meluncur dengan mudah.
Pada kondisi tertentu, hal ini bisa mengakibatkan penumpukan tekanan di bebatuan dan berpotensi melepaskan tegangan ketika melebihi ambang batas tertentu.
Tegangan itu terjadi secara akumulatif atau instan, sesuai dengan kekuatan batuan.
Kerak bawah dan mantel yang lentur kemudian mengakumulasi deformasi secara bertahap melalui gaya geser.
Sementara kerak atas yang rapuh bereaksi dengan fraktur menghasilkan lepasan tegangan menyebabkan gerakan sepanjang patahan.
Energi yang dilepaskan oleh lepasan tegangan inilah yang biasa menyebabkan gempa bumi.
Megathrust
Dikutip dari Earthquake Canada, megathrust adalah gempa berkekuatan sangat besar yang terjadi di zona subduksi atau titik temu antara dua lempeng benua.
Artinya, gempa megathrust bersumber di laut, sehingga dapat memicu terjadinya tsunami.
Megathrust sesungguhnya juga bisa diartikan sesuai dengan kata penyusunnya.
"Mega" berarti besar, sedangkan "thrust" berarti dorongan. Arti dorongan di sini adalah gerak sesar naik yang dapat menimbulkan gempa dan tsunami.
Gempa megathrust disebut sebagai gempa bumi terbesar di dunia karena bisa mencapai kekuatan lebih dari M 9,0. Misalnya, gempa bumi di Cile pada 1960 (M 9,5) dan di Alaska pada 1964 (M 9,2).
Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengetahui suatu daerah pernah diguncang gempa megathrust.
Salah satunya adalah longsor bawah permukaan air, dari landas kontinen ke laut dalam. Endapan longsor ini dapat diidentifikasi dari sampel inti yang diambil dari dasar laut.
Di Indonesia, ada 13 sumber gempa dari segmen megathrust, yaitu:
Barat Sumatera ada 6 segmen
Selatan Jawa ada 3 segmen
Selatan Bali hingga Sumba 1 segmen
Utara Sulawesi 1 segmen
Laut Maluku 1 segmen
Utara Papua 1 segmen. [eta]