WahanaNews.co | Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Budi Harsoyo, memaparkan 3 faktor di balik kegagalan menghadang hujan lebat di kawasan Sirkuit MotoGP Indonesia di Mandalika, Lombok, NTB, Minggu 20 Maret 2022.
Tim telah bertugas mengawal pelaksanaan ajang balap motor dunia itu sejak Kamis, tapi hujan turun hingga sempat menunda start terjadi justru pada puncak race pada Minggu siang itu.
Baca Juga:
UMKM Binaan Pertamina Jadi Daya Tarik Wisatawan di Pertamina Grand Prix of Indonesia 2024
"Tanggal 17, 18, 19, alhamdulillah hujan berhasil kami turunkan di laut sebelah selatan Lombok atau Nusa Tenggara Barat secara umum. Di sirkuit hanya hujan ringan saja pada pagi dan malam," kata Budi saat dihubungi pada Minggu malam.
Memasuki Minggu, 20 Maret, Budi mengatakan hari yang terberat bagi tim yang didukung satu unit pesawat Casa 212-200 dari Skuadron 4 TNI AU Lanud Abdulrahman Saleh Malang tersebut.
Pertama, dia menuturkan, bibit siklon 93S bergerak menjadi tepat di selatan Pulau Lombok atau dekat Mandalika pada hari itu. Data yang ditunjukkan Budi menyebut bibit siklon itu masih berada di tenggara Sumbawa pada Sabtu dan lebih ke timur lagi pada Jumat dan Kamis.
Baca Juga:
DAMRI Dukung Gelaran Pertamina Grand Prix Of Indonesia 2024 di Mandalika
Sejak awal, Budi mengungkapkan, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini bahwa bibit siklon itu bakal menjadi pusat pertumbuhan awan hujan, dan karena lokasinya dekat dengan Pulau Lombok dikhawatirkan berpotensi mengganggu penyelenggaraan MotoGP di Mandalika. "Prakiraan cuaca dari BMKG 18-20 Maret selalu menyatakan jam 14 sampai 17 hujan disertai thunder storm," katanya.
Bibit siklon yang sudah berada tepat di selatan Lombok, Budi menerangkan, menyebabkan arah angin menuju Mandalika datang dari arah utara.
Sebagai catatan, lokasi posko modifikasi cuaca di Bandara Internasional Lombok juga berada di utara Mandalika. Operasi hujan buatan atau modifikasi cuaca dengan menurunkan hujan lebih cepat dari awan-awan yang menuju Mandalika itu membawa risiko menghambat operasional tim.
"Karena daerah yang bakal diguyur hujan termasuk wilayah posko."
Faktor kedua yang harus dihadapi tim pada Minggu adalah cuaca panas terik di Pulau Lombok sepanjang pagi hingga tengah hari. Ini menyebabkan pertumbuhan awan konvektif lokal yang sangat aktif dan besar selepas tengah hari.
Situasi ini berbeda dengan dua hari sebelumnya di mana awan hujan bisa dibidik saat berarak dari arah laut di selatan Mandalika. Dalam istilah Budi, "Diinjeksi bahan semai sehingga mempercepat proses terjadinya hujan sebelum sampai di sirkuit."
Pertumbuhan awan konvektif lokal selepas tengah hari diperparah dengan situasi lalu lintas penerbangan yang lebih ramai di utara Mandalika plus adanya notifikasi tak boleh terbang (notices to airmen) karena kedatangan pesawat RI 1.
Inilah faktor ketiga yang menghadang tim modifikasi cuaca BRIN. Sorti ketiga penyemaian awan baru bisa terbang pukul 14 waktu setempat atau satu jam sebelum jadwal start MotoGP.
"Kami kehilangan momen. Saat itu sudah mendung. Pesawat kami terbang dan jatuhkan hujan di atas Mataram, 30-an kilometer di utara Mandalika," katanya sambil menambahkan, "Hujan mulai gerimis di Mandalika pukul 14.30 dan akhirnya lebat."
Menurut Budi, hujan yang terjadi di Sirkuit Mandalika itu sebenarnya hanya pinggiran dari konsentrasi awan hujan yang berhasil disemainya.
Dia mengatakan, hujan dengan intensitas tinggi berhasil dijatuhkan lebih di utara--yang tanpa penyemaian disebutkan bisa saja jatuh di atas sirkuit.
"Mandalika sedikit saja kena, tapi memang targetnya tidak terjadi hujan sama sekali," kata Budi lagi.