Indonesia memiliki komitmen dan mengambil tindakan untuk melindungi, dan mengelola sumber daya alamnya secara berkelanjutan serta mengembangkan ekonomi ke tahap ekonomi biru.
Proyek ini diusulkan bertujuan untuk mengembangkan sistem pemanfaatan data satelit Korea, dan juga untuk meningkatkan kapasitas Indonesia dalam mengelola perairan Indonesia melalui berbagi pengetahuan dan teknologi di sektor kelautan melalui teknologi penginderaan jauh.
Baca Juga:
Samosir Go Digital: Pemkab Samosir dan TAMADO Group Kolaborasi dalam Seminar dan Workshop
“Kami menyambut semua peluang dan sangat menghargai upaya kolektif kedua negara untuk kerja sama, dan tindakan kolaboratif termasuk program peningkatan kapasitas” Kata Hidayat dalam sambutannya.
Dr. Safri Burhanudin juga menambahkan bahwa pentingnya Proyek ODA ini juga tidak hanya tentang serah terima peralatan tetapi juga peningkatan kapasitas dan pelatihan untuk mendukung pemerintah, dan beberapa instansi lembaga serta banyak perguruan tinggi di Indonesia.
Agenda workshop ini terdiri dari 3 sesi yang berisi presentasi dari 3-4 pembicara di setiap sesinya.
Baca Juga:
Wakil Bupati Sleman: Warga Nonpermanen Harus Tertib Administrasi Kependudukan untuk Antisipasi
Sebanyak 10 pembicara yang diundang dari dua negara, Korea dan Indonesia antara lain Dr. CHOI Jongkuk dan Dr. SON Young-baek dari KIOST, Prof. LEE Seung-guk dan Prof. CHOI Joon-myung dari Pukyong National University, Prof. KIM Won-guk dari Pusan National University, Prof. Dr. Ir. Vincentius Siregar, DEA from IPB University, I Wayan Gede Astawa Karang dari Universitas Udayana, Muhammad Kamal, S.Si., M.GIS., Ph.D. dari Universitas Gadjah Mada, serta Dr. Ir. Imam Mudita M. Eng. Sc. dan Muhammad Hafizt dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang berbagi pengalaman pada poin-poin vital seperti aplikasi dan pemanfaatan penginderaan jauh untuk sektor kelautan di mangrove, karang dan air laut serta pembicara dari Korea yang berbagi materi terkait pemanfaatan satelit Korea, GOCI (Geostationary Ocean Color Imager), untuk memantau sedimen, karang, alga, dan vektor arus.
Workshop Internasional satelit laut Korea-Indonesia ini dihadiri sekitar 100 peserta baik dari Korea maupun Indonesia dari berbagai macam latar belakang instansi seperti BRIN, KKP, BMKG, Pushidrosal, STTAL, ITB, IPB, UNHAS, UNUD, UNDIP, UNPATTI dan UMRAH.
Pada akhir acara Ivonne M. Radjawane, Ph.D. selaku direktur Indonesia mengungkapkan bahwa kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak sangat penting untuk keberlangsungan dan kesuksesan proyek antara kedua negara ini.