WahanaNews.co | Gunung Semeru meletus lagi pada 4 Desember 2022, dan fenomena alam ini berhasil diabadikan oleh kamera satelit antariksa NASA.
Seperti dilansir dari The Sun Senin (5/12/2022), Gunung Semeru di Lumajang-Malang, Jawa Timur, merupakan gunung berapi tertinggi dan paling aktif di pulau Jawa.
Baca Juga:
Sebar Foto Bawa Sajam, Anggota Gengster Tangkis Balik di Jombang Dibekuk
Penampakan letusan Gunung Semeru yang mematikan terekam detail dari foto luar angkasa yang dirilis laman earthobservatory.nasa.
Peta proxy kerusakan di atas menunjukkan area di permukaan yang rusak oleh aliran piroklastik dan lahar pada Desember 2021.
Warna merah tua mewakili kerusakan paling parah, sedangkan area oranye dan kuning rusak sedang atau sebagian. Setiap piksel berwarna mewakili area seluas 30 meter kali 30 meter (kira-kira seukuran lapangan bisbol).
Baca Juga:
Sejumlah Jembatan Putus dan 3 Orang Tewas Akibat Terjangan Lahar Semeru
Rekaman luar biasa lainnya menunjukkan kepulan asap yang memuntahkan 50.000 kaki ke udara.
Gunung Semeru meletus setelah sebagian kubah lava puncak runtuh pada awal Desember dan terdeteksi peningkatan aktivitas seismik.
Setelah lebih banyak kubah lava Semeru runtuh, bagian atas berupa abu panas, tephra, tanah, dan puing-puing lainnya mengalir ke beberapa lembah di sisi tenggara gunung.
Aliran piroklastik adalah salah satu bahaya paling berbahaya yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi. Kadang-kadang berakselerasi hingga kecepatan ratusan kilometer per jam dan menghancurkan apa saja yang dilintasi.
Meskipun letusan eksplosif di puncak kemungkinan kecil, aliran piroklastik di Gunung Semeru pada 4 Desember masih cukup panas. Ini kemungkinan membantu mendorong "awan Phoenix" yang mengepul yang naik setinggi 15 kilometer (9 mil) ke udara.
Hujan lebat yang mendahului menyertai letusan, sehingga aliran piroklastik bercampur dengan sejumlah besar air hujan. Kemudian berubah menjadi lahar berlumpur yang mengalir menuruni gunung ke daerah-daerah berpenduduk.
Lahar adalah campuran air dan puing-puing vulkanik yang keras seperti beton, meratakan dan mengubur apa saja.
Awan abu panas yang membakar telah melayang hampir 19 km dari pusat letusan, menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Indonesia (PVMBG).
Kepala PVMBG Hendra Gunawan mengatakan volume magma yang lebih besar dapat terbentuk dibandingkan dengan letusan gunung berapi sebelumnya, pada tahun 2021 dan 2020, yang dapat berarti bahaya yang lebih besar untuk area yang lebih luas.
“Awan panas Semeru bisa menjangkau lebih jauh dan jauh di mana terdapat banyak pemukiman” tutur Hendra. [rna]