Dikutip dari unggahan di instagram LAPAN, komet dapat disaksikan dari wilayah yang bebas polusi cahaya.
Selain itu, publik juga dapat memanfaatkan kamera DSLR atau "kamera CCD yang terpasang dengan teleskop dan terhubung dengan laptop/komputer".
Baca Juga:
Meteor Geminid Bakal 'Beratraksi' di Langit Jakarta, Catat Waktunya!
"Komet ini dapat diamati tanpa menggunakan alat bantu optik untuk daerah pedalaman dan pedesaan hingga 13 Februari, sejak pukul 18.30 hingga 01.00 waktu setempat dari arah Utara hingga Barat dekat konstelasi Taurus. Komet berkulminasi di arah Utara pada pukul 19.00 waktu setempat dengan ketinggian 64,2 derajat untuk DKI Jakarta dan sekitarnya," kata Andi.
Komet ZTF dapat dibedakan dari bintang-bintang lain lewat ekor debu dan partikel energinya. Selain itu, ada cahaya hijau yang menyelimuti komet tersebut.
Cahaya hijau itu dihasilkan ketika komet melintas di dekat Matahari. Hal itu menyebabkan es pada komet untuk bersublimasi atau berubah menjadi gas. Alhasil, komet akan terlihat seperti kusut ketika diobservasi lewat teleskop.
Baca Juga:
Siap-Siap, Komet Iblis Raksasa Bakal Melesat ke Bumi
Sempat Kehilangan Ekor
Di sisi lain, komet ZTF dilaporkan sempat kehilangan ekornya saat diamati pada Selasa (17/1) lalu. Hal tersebut diketahui dari pengamatan Astrofotografer kawakan, Michael Jager.
Jager mengambil gambar komet ZTF itu setelah berkendara sejauh 800 km dari Austria ke Jerman untuk mendapat pemandangan langit malam yang jelas. Ia lalu membagikan foto dan video itu di Twitter.