WahanaNews.co | Komponis atau sering disebut komposer adalah seniman yang dengan kapasitasnya mampu menciptakan karya musik.
Terdapat deretan komponis putra Batak yang miliki segudang prestasi melalui karya lagu perjuangan yang selalu dinyanyikan untuk membangkitkan jiwa nasionalisme dan patriotisme warga negara.
Baca Juga:
Arnod Sihite Dilantik Ketua Umum PTSBS Periode 2024-2029: Ini Daftar Lengkap Pengurusnya
Selain itu putra Batak juga banyak menciptakan lagu daerah khususnya Lagu Batak yang mengharumkan Tanah Batak hingga mendapatkan gelar Komponis Nasional Indonesia.
Berikut deretan composer asal Batak yang miliki segudang prestasi yang membanggakan Indonesia :
1. Alfred Simanjuntak
Baca Juga:
Arnod Sihite Resmi Pimpin Parsadaan Toga Sihite Boru Sedunia, Fokus Lestarikan Budaya Batak pada Generasi Muda
Alfred Simanjuntak atau sering disapa Pak Siman lahir di Parlombuan, Tapanuli Utara (20 September 1920), adalah pencipta lagu Indonesia yang berasal dari Batak Toba.
Namanya cukup popular oleh masyarakat Indonesia, karena melalui lagu ciptaannya yang berjudul Bangun Pemudi Pemuda sejak tahu 1934 hingga saat ini.
Pak Siman menguasai banyak Bahasa selain Bahasa Indonesia, yaitu Bahasa Batak, Bahasa Jawa, Bahasa Belanda, Bahasa Inggris, Bahasa Jerman, dan Bahasa Jepang.
Pak Siman alumni dari sekolah Holland Indische School tahun 1928 dan melanjutkan ke sekolah Hollands Inlandsche Kweek School (HIKS) Surakarta tahun 1941.
Setelah lulus, dia mengajar di Shakelschool (Sekolah Rakyat) di Kutoarjo, Madiun, dan Semarang tahun 1943.
Dia memiliki kemampuan dalam bermain berbagai alat musik seperti organ, piano, biola dan gitar sehingga dia pernah mengajar menjadi guru menyanyi Sekolah Rakyat Sempurna Indonesia.
Dalam enam tahun kemudian, Pak Siman pernah menjadi Wartawan Surat Kabar Soember, Jakarta dan Badan Penerbit Kristen Gunung Mulia tahun 1950.
Dia melanjutkan Pendidikan ke Universitas Indonesia fakultas sastra dan selang empat tahun kemudian dia melanjutkan pendidikannya dalam tiga kampus bersamaan diantaranya Rijksuniversiteit Utrecht, Leidse Universiteit Leiden, Stedelijke Universiteit Amsterdam, Belanda.
Selain itu Pak Siman pernah menjadi Penggagas dan Pendiri Yayasan Musik Gereja dan Pemrakasa serta sebagai Juri Tetap Pesparani (Pesta Paduan Suara Gerejani) tahun 1985.
Dia telah menciptakan lebih dari 42 lagu perjuanagan dan rohani seperti lagu nasional berjudul Bangun Pemuda-Pemudi, Di Manakah Tanah Airku, Indonesia Bersatulah, Kami Berjanjilah, Negara Pancasila, dan Selamatkan Terumbu Karang.
Adapun ciptaannya untuk lagu anak-anak seperti Aku Suka Sekolah dan lagu organisasi seperti Himne Partai Kebangkitan Bangsa, Himne Rumah Sakit PGI Cikini, dan Yubelium 50 Tahun BPK Penabur.
Selain itu, Pak Siman juga menciptkan berbagai lagu rohani seperti Firman-Mu itu Pelita, Saudaraku Berpulang Dulu, Tuhan Engkau Mengenalku, dan Ya Allah Kasihani Aku.
Dan sebagai anak Batak, Pak Siman juga menciptakan lagu berbahasa Batak yaitu Sipahutar Nauli Jala Tungil.
Berkat kontribusinya untuk negara dalam bidang pendidikan, dia juga mendapat penghargaan berupa Doctor Honoris Causa dari St John University atas pengabdian di bidang Pendidikan selama lebih dari 60 tahun pada tanggal 10 Februari 2001.
2. Amir Pasaribu
Amir Hamzah Pasaribu yang sering disapa Amir Pasaribu lahir di Siborong, borong, Laguboti, Balige (21 Mei 1915), adalah seorang musisi Indonesia yang berasal dari Batak Toba.
Awal Amir menyukai musik dari Bapaknya yang senang bermain musik dengan memainkan sebuah orgel pompa angin.
Amir alumni dari sekolah Hollandsch-Inlandsche School (HIS) tahun 1921 di desa Narumonda, kemudian dia melanjutkan pendidikan di Sekolah Raja Balige, dan Europrrsche Lagere School (ELS).
Selanjutnya dia meneruskan pendidikannya ke Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Sibolga, di sekolah ini Amir mendapatkan pelajaran music biola dan piano.
Setelah lulus, dia melanjutkan sekolahnya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Tarutung, dan diselesaikan di Padang tahun 1931.
Di tahun yang sama dia masuk sekolah guru Hollandsch Inlandsche Kweekschool (HIK) di Bandung.
Awal karirnya Amir pernah bekerja di bagian music Radio Republik Indonesia (RRI), selanjutnya di tahun 1954 dia pernah menjabat sebagai Direktur Sekolah Musik Indonesia (SMINDO) Yogyakarta.
Dalam tiga tahun, dia diangkat menjadi kepala B1- Kursus jurusan Seni Suara, Lembaga Pendidikan Guru Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang kemudian ditingkatkan menjadi IKIP-UI (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Indonesia yang sekarang berganti nama menjadi Universitas Negeri Jakarta).
Selain itu, dia pernah bekerja menjadi guru piano dan cello pada Pusat Kebudayaan Suriname (Cultureel Centrum Suriname), dan selang dua tahun kemudian dia menjadi guru privat piano di Paramaribo dan sampingan sebagai pemain cello Orkes Simfoni Paramaribo, Suriname.
Berkat kerja kerasnya, Amir mendapat anugerah penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma oleh Presiden Megawati Soekarnoputri tahun 2002.
Dia telah menciptakan musik untuk piano tunggal seperti Capung Kecimpung di Cikapundung, Rondino Capriccioso, 2 Sonata’s, Petruk, Gareng dan Bagong, Rabanara dances, Spielstuck, Puisi Bagor, Kesan langar, Sampaniara no.1, dan 6 variasi sriwijaya.
Selain itu Amir juga menciptakan Bongkok’s Bamboo-flute, Indihyang, Bali-dance of the river , Berceuse, Suite Villageoise, Ole melojo-lojo, Variasi Es Lilin, dan Maswika Lily.
Amir juga menciptakan musik untuk piano dan biola yaitu Clair de Lune dan himne perjuangan ABRI yaitu Andhika Bhayangkari.
Dia meninggal dunia pada tanggal 10 Februari 2010 di Medan, Sumatera Utara.
3. Cornel Simanjuntak
Cornel Simanjuntak lahir di Pematangsiantar, Sumatera Utara (1921), adalah seorang pencipta lagu-lagu patriotik Indonesia yang berasal dari Batak Toba.
Cornel berasal dari keluarga pensiunan Polri yang pernah menjadi guru di Magelang dan Jakarta, dan kemudian pindah ke kantor Kebudayaan Jepang.
Cornel alumni dari Hollandsch-Inlandsche School (HIS) St. Fransiscus Medan tahun 1937 dan Hollandsch Inlandsche Kweekschool (HIK) Xaverius College Muntilan tahun 1942.
Setelah lulus, dia memulai karirnya dengan menjadi guru di Magelang, lalu pindah ke Jakarta hingga beralih profesi dengan Kantor Kebudayaan Jepang.
Dia telah menciptakan lagu-lagu yang heroic dan patriotik, diantaranya Tanah Tumpah Darah, Maju Tak Gentar, Pada Pahlawan, Teguh Kukuh Berlapis Baja, Indonesia Tetap Merdeka.
Pada lagu yang berjudul Maju Tak Gentar ini berhasil menyulut psikologi pejuang Front Tentara Pelajar Yogyakarta.
Dia meninggal tahun 1946 karena penyakit kronis Tuberkulosis (TBC) saat mengikuti pertempuran melawan Belanda di Tanah Tinggi, Jakarta.
4. Djaga Depari
Djaga Sembiring Depari lahir di Seberaya, Karo (5 Mei 1922), adalah seorang komponis nasional Indonesia yang berasal dari Batak Karo.
Dia telah menciptkan lagu-lagu dalam kemerdekaan Indonesia, diantaranya Erkata Bedil, Sora Mido, Piso Surit, I Juma-Juma I Padang Sambo, Pio-Pio, dan USDEK (Undang-Undang Dasar 1945-Sosialisme Indonesia-Demokrasi Terpimpin-Ekonomi Terpimpin-Kepribadian Nasional).
Selain itu, dia juga menciptkan lagu Taneh Karo Simalem, Terang Bulan, Sanggar-sanggar, Nangkih Deleng Sibayak, dan Mejuah-juah.
Berkat jasanya menciptakan berbagai lagu daerah yang berbasis lagu Karo dalam meningkatkan moralitas masyarakat Karo untuk berjuang merebut kemerdekaan dari tangan penjajahan pada masa lalu, dia dianugerahkan gelar sebagai Komponis Nasional Indonesia.
Tak hanya itu, dibangun sebuah monument Djaga Depari di persimpangan antara Jl. Patimura, Jl. Patimura, Jl. Sultan Iskandar Muda, dan Jl. Letjen Djamin Ginting Medan.
5. Liberty Manik
Liberty Manik lahir di Sidikalang tanggal 21 November 1924, adalah seorang komponis yang berasal dari Batak Pakpak.
Liberty alumni dari Hollandsch Inlandsche Kweekschool (HIK) di Muntilan, Magelang dan melanjutkan studi doktor music di Universitas Berlin, Jerman dengan mendapatkan predikat cum laude.
Dia pernah bekerja sebagai pengajar musik di Institut Seni Indonesia (Yogyakarta) dan sebagai penyiar radio RRI Yogyakarta.
Selain itu dia juga sebagai penulis buku, jurnalis majalah hingga menjadi composer dengan menciptakan berbagai lagu untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Dia juga dikenal sebagai seorang filolog atau seorang ahli Bahasa kuno yang memiliki kemampuan dalam aksara batak kuno.
Hingga pemerintah Jerman tertarik dan memanfaatkan kemampuannya melalui jasanya untuk kebutuhan arsip negara Jerman tersebut.
Dia telah menciptakan lagu nasional Satu Nusa Satu Bangsa, desaku, dan menerjemahkan dan mementaskan oratorium Mattheus passion dan Weichnachtsoratorim karangan J.S. Bach di Yogyakarta tahun 1980-an.
Berkat jasanya, Liberty juga diberikan penghargaan dengan didirikan patung Liberty Manik di Lokasi Taman Wisata Iman sebagai mengenang jasanya di Sidikalang.
Serta mendapatkan anugerah Bintang Budaya Paramadharma di tahun 2007 dan dia meninggal dunia di tahun 1993.
6. Nahum Situmorang
Nahum Situmorang lahir di Sipirok (14 Februari 1908), adalah seorang Penulis dan komposer yang berasal dari Batak Toba.
Nahum adalah anak kelima dari delapan bersaudara, yang mengawali karir adalah seorang penyanyi sejak masih duduk di bangku sekolah dasar.
Nahum alumni dari Hollandsch Inlandsche Kweekschool (HIK) di Lembang, Bandungtahun 1928, setelah lulus dia bekerjas di Sekolah partikelir Bataksche Studiefonds di Sibolga tahun 1929 hingga 1932.
Kemudian dia pindah ke Tarutung untuk bergabung dengan abangnya Guru Sophar Situmorang dan mendirikan HIS-Partikelir Instituut Voor Westers Lager Onderwijs yang berlangsung hingga kedatangan Jepang di tahun 1942.
Ditahun yang sama, dia membuka restoran dan menjadi pemusik Jepang Sendenhan Hondohan,
Selama empat tahun, Nahum menjadi pedagang permata dan emas, selanjutnya dia pindah ke Kota Medan dan bekerja menjadi broker mobil namun tak meninggalkan musiknya.
Namun di tahun 1950 hingga 1960, dia memfokuskan diri untuk produktif dalam menciptakan lagu dan berkunjung ke Jakarta.
Dia telah menciptakan lagu diantaranya Sumatra Keroncong Concours di Medantahun 1936, dan terdaftar dia telah menciptakan sebanyak kurang lebih 120 lagu diantaranya Alusi Au, Anakhonhi Do Hasangapon Di Ahu, Ansideng Ansidoding, Beha Pandundung Bulung, Da Na Tiniptip Sanggar, Dengke Julung-Julung dan Dijou Ahu Mulak Tu Rura Silindung.
Selain itu dia juga menciptakan lagu Ee Dang Maila Ho, Ketabo-Ketabo, Lissoi, Marhappy-happy Tung So Boi, Malala Rohangki, Marombus Ombus, Nahinali Bangkudu, dan Nasonang Do Hita Nadua.
Tak hanya itu saja, masih ada lagu Nunga Lao Nunga Lao, O Tao Toba, Pulo Samosir, Sai Gabe ma Ho, Sai Tudia Ho Marhuta, Sega Na Ma Ho, Sitogol, Situmorang, Tumba Goreng, dan Utte Malau.
Berkat kerjakerasnya, Nahum berhasil mendapatkan penghargaan Anugerah Seni dari Pemerintah Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1969.
7. Nortier Simanungkalit
Nortier Simanungkalit lahir tanggal 17 Desember 1929 adalah seorang komponis Indonesia yang berasal dari Batak Toba.
Dia dijuluki Bapak Paduan Suara dan dikenal dengan karya lagu-lagu mars dan himne.
Diantaranya beberapa karyanya mars dan himne SEA GAMES tahun 1979, lagu Senam Kebugaran Jasmani tahun 1984, dan Mars Pemilu tahun 2004.
Dia adalah satu diantara musisi dunia yang diangat IMC menjadi anggota Dewan Pemilih (Selection Committee) Festival Paduan Suara Mahasiswa International di New York tahun 1972.
8. Viky Sianipar
Viky Sianipar lahir di Jakarta (26 Juli 1976), adalah seorang musisi, producer, dan komponis yang berasal dari Batak Toba.
Viky dikenal dengan karya aransemennya yang luar biasa dan sangat mencintai music daerah terkhususnya lagu dari tanah kelahirannya yaitu Batak.
Dia menguasai musik modern ataupun tradisional dengan baik, karena kelihaiannya berhasil menjadi satu diantara musisi yang Go International.
Kepiawaian Viky dalam menggabungkan musik modern ke dalam alunan musik Batak Toba, hal itu yang membuat musiknya dapat dinikmati semua kalangan.
Tak hanya itu, dia melebarkan sayap di bidang bisnis dengan mendirikan kafe yang Bernama Toba Dream dengan menggunakan konsep Batak dan menyajikan musik masterpiece.
Selain sebagai seorang komposer, dia merupakan satu diantara anak muda yang memperkenalkan keindahan Danau Toba melalui lagunya.
Dia menciptakan lagu Toba Dream, Toba Dream II- Didia Ho, datanglah KerajaanMu, Nommensen, dan Indonesian Beauty.
Selain itu, dia juga menciptkan lagu Hatahon Ma, Toba Dream III, Satu, Tobatak, Toba Dream 4, dan Toba Dream 5.
Viky juga melebarkan sayapnya di bidang Film hingga mendapatkan penghargaan pada Festival Film Indonesia tahun 2015 dan Piala Maya tahun 2015. [qnt]