WAHANANEWS.CO, Jakarta - Di tengah sistem patriarki yang kuat dalam budaya Batak Toba, Julia Sarumpaet-Hutabarat tampil sebagai sosok yang berani mendobrak tradisi.
Ia bukan hanya seorang pendidik, tetapi juga seorang aktivis yang gigih memperjuangkan hak perempuan.
Baca Juga:
Mengapa Suku Batak Menjadi Pencetak Sarjana Terbanyak?
Keberaniannya dalam menyuarakan ketidakadilan terhadap kaum perempuan Batak menjadikannya salah satu tokoh perempuan paling berpengaruh dalam sejarah Sumatra Utara.
Perjalanan Pendidikan dan Karier
Lahir pada tahun 1916, Julia Hutabarat berasal dari keluarga terpandang yang menghargai pendidikan.
Baca Juga:
Ranking Terbaru! Suku Batak Pimpin Daftar Lulusan Sarjana Terbanyak di Indonesia
Ayahnya, Renatus Hutabarat, seorang demang, dan ibunya, Marselina boru Tobing, berasal dari keluarga pendeta yang berpendidikan.
Lingkungan keluarga yang berorientasi pada pendidikan ini memungkinkan Julia mendapatkan kesempatan yang langka bagi perempuan Batak saat itu: bersekolah hingga jenjang tinggi.
Julia menempuh pendidikan di HIS (Hollandsch Inlandsche School) dan melanjutkan ke sekolah guru HIK (Hollandsch Inlandsche Kweekschool) di Solo.