WahanaNews.co | Pasukan
Pengamanan Presiden (Paspampres) dikenal sebagai prajurit TNI yang bertugas dan
bertanggung jawab terhadap keamanan dan keselamatan Presiden RI dan Wakil
Presiden beserta keluarganya.
Baca Juga:
Oknum Paspampres Pembunuh Imam Masykur Tolak Vonis Mati
Karena tugas berat itulah, anggota Paspampres merupakan
prajurit-prajurit pilihan dari Kopassus, Raider, Kostrad, Marinir, Yontaifib,
Denjaka dan Korpaskhas serta Den Bravo 90.
Dalam menjalankan tugasnya, Paspampres beberapa kali harus
bertaruh nyawa untuk menjamin keamanan dan keselamatan Presiden sebagai kepala
negara.
Salah satu kisah menegangkan yang dialami anggota Paspampres
adalah ketika mereka mengawal Presiden Soeharto untuk menghadiri sidang yang
digelar Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat.
Baca Juga:
3 Oknum Anggota TNI Pembunuh Imam Masykur Dituntut Hukuman Mati
Tepatnya, pada 22 Oktober 1995 silam, ketika Presiden
Soeharto menginap di kamar presidential suite Hotel Waldorf Towers lantai 41.
Saat itu, Soeharto menjabat sebagai Ketua Organisasi Kerjasama Islam (OKI),
dimana kebijakannya sangat berpengaruh bagi anggotanya yang mayoritas
negara-negara Timur Tengah (Timteng).
Atas dasar itulah Perdana Menteri (PM) Israel Yitzak Rabin
kala itu ingin menemui Presiden Soeharto di hotel tempatnya menginap.
Saat itu, Yitzak Rabin bersama dengan empat pengawalnya dari
Mossad, yang merupakan pasukan khusus Israel kemudian datang untuk menyampaikan
kemauannya untuk bertemu Presiden Soeharto.
Namun, cara mereka bertindak tidak mematuhi protokol
keamanan serta terkesan arogan sehingga Yitzak Rabin beserta empat pengawalnya
dicegat oleh Paspampres sebelum masuk lift. Apalagi ketika itu Presiden
Soeharto sedang menerima kunjungan Presiden Sri Lanka.
Salah satu personel Paspampres yang ikut mencegat adalah
Letnan Jenderal TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin. Setelah menyampaikan maksud dan
tujuannya, PM Yitzak Rabin beserta para personel Mossad itupun dikawal oleh
Sjafrie menemui Presiden Soeharto. Namun, saat hendak memasuki lift, terjadi
insiden menegangkan.
Saat itu, para pengawal Yitzak Rabin yang menaruh curiga
menolak dan tidak mau satu lift dengan Sjafrie beserta dua personel Paspampres
lainnya. Padahal, Sjafrie dan personel Paspampres lainnya sudah terdaftar dalam
protokol Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) PBB. Itu artinya mereka
memang personel resmi pengamanan Presiden Soeharto.
Sjafrie kemudian terlibat adu mulut dengan kepala pengawal
Perdana Menteri Israel yang notabene jebolan Mossad itu, karena dianggap
melanggar protokol keamanan Paspampres.
Dengan gerakan sangat cepat, pengawal Yitzak Rabin tiba-tiba
sudah mengeluarkan senapan otomatis Uzi dari balik jasnya hendak menempelkan
moncong senapan ke perut Sjafrie. Tidak hanya itu, dia juga mencengkeram leher
Sjafrie dengan keras.
Namun, Sjafrie tak kalah gesit dan sudah menempelkan
terlebih dahulu pistol Baretanya ke perut pengawal itu.
Kejadian menegangkan itu bahkan membuat Perdana Menteri
Yitzak Rabin cemas lantaran dua personel Paspampres lainnya juga sudah siap
dengan senjatanya masing-masing.
Kala itu, kedua belah pihak saling menodongkan senjata.
"Sorry I understand it," kata itu kemudian terlontar dari mulut
pengawal Rabin mengakui kesalahannya.
Ketegangan kemudian mereda setelah pengawal Yitzak Rabin
menurunkan senjatanya. Adu tembak antara Paspampres Soeharto dengan pengawal
Perdana Menteri Israel urung terjadi.
PM Yitzak Rabin dan pengawalnya akhirnya mau menaati
protokol kemanan Paspampres. Bahkan, Yitzak Rabin harus rela menunggu selama 15
menit untuk bisa bertemu Presiden Soeharto.
Tak dipungkiri, sosok Letnan Jenderal TNI (Purn) Sjafrie
Sjamsoeddin sangat berperan dalam menjaga keamanan dan keselamatan Presiden
Soeharto.
Sebagai Paspampres, Sjafrie merupakan prajurit TNI yang
mumpuni dan kenyang dengan berbagai penugasan di medan operasi.
Ya, pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, pada 30
Oktober 1952 ini mengawali karir militernya di satuan infanteri Kopassandha
yang kini bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Berkat keberanian, kesigapan dan kemampuannya itu, abituren
Akademi Militer (Akmil) 1974 ini pernah menduduki sejumlah jabatan strategis di
antaranya Komandan Peleton Grup 1 Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha),
Komandan Nanggala X Timor-Timur 1976, Komandan Nanggala XXI Aceh 1987. Selain
itu, Komandan Tim Maleo Irian Jaya 1987. Satgas Kopassus Timor Timur 1990 dan
Komandan Grup A Paspampres serta Pangdam Jaya pada 1997.
Sjafrie juga pernah menjabat sebagai Wakil Menteri
Pertahanan (Wamenhan) dari 6 Januari 2010 hingga 20 Oktober 2014. Dia juga
pernah menduduki jabatan sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian
Pertahanan (Kemhan). Termasuk Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI periode
2002�"2005.
Tidak hanya itu, Sjafrie juga pernah menjadi pengawal
pribadi Presiden Soeharto ketika melakukan kunjungan kerja ke luar negeri seperti
ke Malaysia, Singapura, Filipina, Srilangka pada 1979, Amerika Serikat dan
Jepang pada 1980, kemudian Korea, Spanyol, Jepang dan Amerika Serikat pada
1982, kunjungan Malaysia dan Singapura pada 1984.
Termasuk ke Timur Tengah, Tunisia dan Amerika Serikat pada
1993, Bosnia, Kroasia, Jerman dan Denmark pada 1995. Kini, Sjafrie diangkat
sebagai penasihat Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto. [dhn]