WahanaNews.co | Sejak masa silam, aroma rempah Nusantara telah memikat manusia di
seluruh dunia.
Tumbuhan ini umum dimanfaatkan untuk
penyedap dan pengawet makanan.
Baca Juga:
Mengapa Suku Batak Menjadi Pencetak Sarjana Terbanyak?
Salah satu rempah yang sohor
di Indonesia adalah andaliman (Zanthoxylum
acanthopodium DC), rempah khas tanah Batak yang memiliki sifat sensorik.
Andaliman banyak ditemukan tumbuh liar
di Sumatra Utara pada daerah berketinggian 1.100 sampai 1.500 meter di atas
permukaan laut.
Buahnya berbentuk butiran kecil dan
bergerombol, mirip lada atau merica, bedanya rempah ini memiliki aroma yang
harum seperti jeruk.
Baca Juga:
Ranking Terbaru! Suku Batak Pimpin Daftar Lulusan Sarjana Terbanyak di Indonesia
Andaliman yang masih muda, buahnya
berwarna hijau dan berubah kehitaman jika sudah kering.
Di dunia kuliner, andaliman disukai
karena cita rasanya yang khas dan memiliki sifat sensorik.
Saat digigit, rasanya sedikit segar
seperti jeruk, pedas menggigit, dan meninggalkan sensasi getir, kelu, atau
kebas di lidah.
Sensasi tersebut muncul karena
kandungan hydroxy-alpha-sanshool di
dalamnya.
Karena aroma dan rasanya yang kuat,
penggunaan andaliman sebagai bumbu masakan harus dengan takaran yang tepat.
Jika terlalu banyak dapat merusak cita
rasa masakan itu sendiri.
Rempah ini biasanya hanya digunakan
sedikit saja sebagai penyedap.
Bagi masyarakat Sumatera Utara, andaliman dikenal dengan istilah "Merica
Batak" lantaran menjadi bumbu kunci pada masakan khas Batak Toba.
Beberapa masakan khas Batak yang
menggunakan andaliman sebagai penyedapnya, seperti arsik ikan mas (ikan mas
rebus dengan bumbu kuning kaya rempah), naniura (sajian ikan mentah yang
direndam dalam air jeruk purut dan rempah), saksang (gulai babi khas Batak),
dan mi gomak.
Tak sekadar menyedapkan masakan,
rempah yang termasuk dalam famili Rutaceae
(keluarga jeruk-jerukan) ini juga kaya manfaat.
Menukil dari laman Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perkebunan, andaliman kaya kandungan minyak atsiri.
Berdasarkan Teknik GC-MS, minyak
atsiri andaliman menghasilkan 11 komponen, dengan 5 komponen utama adalah
alfapinen, limonen, geraniol, sitronelal, dan geranil asetat.
Sedangkan dengan teknik kromatografi
gas, senyawa yang berhasil diidentifikasi sebanyak 7 komponen, yaitu geranil
asetat, sitronelal, geraniol, geranial, mirsen, linalool, dan limonen.
Senyawa-senyawa
terpen, seperti geraniol, linalool, dan limonen, yang
banyak ditemukan dalam minyak atsiri andaliman, diketahui bersifat antioksidan.
Senyawa ini mampu mencegah kerusakan
oksidatif pada pangan, yang artinya dapat berfungsi sebagai pengawet pangan
alami.
Andaliman telah lama digunakan
masyarakat tradisional Sumatera Utara sebagai bumbu masakan khas
Batak.
Dengan rempah tersebut, masakan berbahan
daging dan ikan mampu bertahan beberapa hari tanpa menimbulkan bau.
Hal ini membuktikan bahwa penggunaan
rempah-rempah sebagai pengawet alami tidak menimbulkan efek negatif pada
kesehatan manusia.
Meski telah menjadi bagian tradisi
kuliner Batak Toba, andaliman termasuk rempah yang masih sulit dibudidayakan.
Ini karena bijinya yang sulit
berkecambah.
Sebagian petani mengandalkan bibit
dari pohon andaliman liar untuk dibudidaya.
Ada juga yang menggunakan metode setek
untuk mengembangkan bibit andaliman.
Di pasaran, andaliman juga memiliki
harga jual yang tinggi.
Saat momen biasa, andaliman dijual
sekitar Rp 100 ribu per kilogram.
Namun, menjelang momen upacara adat
atau hari raya besar seperti Natal dan tahun baru, harganya bisa meroket hingga
Rp 200 ribu per kilogram.
Sedangkan di pasar internasional, kita
patut berbangga hati, sebab andaliman kian diminati beberapa negara di Eropa,
salah satunya Jerman.
Berdasarkan laporan Kepala Balai Besar
Karantina Pertanian Belawan, pada semester I 2021, andaliman dan sekam kopi
masuk sebagai komoditas baru yang berhasil diekspor.
Per Juni 2021, volume andaliman yang
diekspor ke Jerman mencapai total 574 kilogram, dengan nilai ekonomis mencapai
Rp 432 juta.
Atas pencapaian ekspor andaliman di
awal semester ini, Kepala Karantina Pertanian Belawan, Andi Yusmanto,
mengungkapkan bahwa andaliman menjadi komoditi ekspor paling bagus.
Ia berharap, rempah ini tidak sekadar
menjadi tanaman pekarangan, tetapi dalam bentuk tanaman primer.
Balai Karantina Pertanian Belawan
menargetkan pengiriman andaliman dapat tumbuh tiga kali lipat pada akhir tahun.
Akankah "Merica
Batak" ini menjadi primadona ekspor di masa
depan? [dhn]