WahanaNews |
Karena pandemi, banyak ibu yang meninggal karena terpapar COVID-19. Alhasil, donor
asi pun jadi tren di tengah pandemi COVID-19.
Baca Juga:
Basuki: Penundaan Kenaikan Tarif Tol Akibat Pandemi, Tak Selalu Salah Pemerintah
Ibu satu anak Kiasatina Amalia, sudah mendonorkan asinya
sejak Juni 2021 lalu. Saat ini, asinya sudah ia donorkan kepada enam bayi.
"Alhamdulillah sekarang ada enam bayi yang menerima
donor asi," ujar Kiasatina, Senin (8/2/2021).
Kiasatina bercerita awalnya dia sempat kesulitan
mengeluarkan asi. Padahal, saat itu dia sudah mempunyai anak. Karena hendak
memenuhi kebutuhan buah hati, dia berkonsultasi dengan dokter anak dan
mengikuti berbagai metode. Sehingga, beberapa hari setelahnya asi Kiasatina
cukup deras.
Baca Juga:
Sri Mulyani Sampaikan Perkembangan Perekonomian Indonesia 10 Tahun Terakhir
Awalnya, dia sempat bingung mendistribusikan asi yang dia
punya. Namun, setelah mencari informasi dan melihat pengalaman beberapa orang,
dia pun tertarik mendonorkan asinya.
Namun, Kiasatina mengaku sangat selektif dalam memilih bayi.
Dia tak ingin asinya disalahgunakan oleh pihak yang tak bertanggung jawab.
Agar terkoordinir dengan baik, beberapa syarat yang dia
ajukan di antaranya fotocopy KTP dan Kartu Keluarga, melampirkan foto bayi,
muslim dan bayi berjenis kelamin perempuan.
"Ini buat archive saya juga kan. Karena buat tahu ini
beneran anak dari bapak dan ibunya? Terus bayinya kayak gimana, makanya butuh
foto. Terus terakhir usia bayinya di bawah enam bulan, karena kan dari WHO asi
itu diberikan sebaiknya di bawah enam bulan," kata dia.
Di masa pandemi COVID-19 ini pula, dia meminimalisir kontak
dengan keluarga bayi. Hal ini dia lakukan agar kedua belah pihak tetap sehat,
tanpa terpapar COVID-19. Terlebih, saat ini Kiasatina masih mendonorkan asinya.
Untuk memenuhi stok, setiap harinya Kiasatina memompa asi
empat jam sekali. Asi yang dia hasilkan berkisar 100 ml. Setelah asi dirasa
cukup, dia menaruhnya ke dalam kulkas dan mengirimkan asi kepada keluarga bayi.
"Untuk pengirimannya itu pun pakai jasa kurir asi. Ini
aku baru tahu dari penerima donor asi yang pertama. Jadi kurir ini dia kayak
penyedia jasa transportasi online gitu, tapi dia punya ice cooler bag. Jadi
memudahkan pengiriman juga, asi awet juga," jelasnya.
Selama mendonorkan asi, dia pun tidak pernah meminta imbalan
dari penerima donor. Dia mengaku tulus memberikan asi kepada bayi yang
membutuhkan.
"Kalau ditanya ada bayarannya atau enggak, sama sekali
sih aku gak pernah minta bayaran. Tapi biasanya beberapa penerima donor akan
kasih balasan makanan atau kirim makanan gitu ke aku. Tapi aku nggak pernah
minta," ujarnya.
Dihubungi terpisah, F (29) ibu rumah tangga asal Bekasi
sudah mendonorkan asinya sejak Mei 2021. Wanita yang enggan disebutkan namanya
itu mengatakan, dia kasihan dengan bayi yang sudah kehilangan orang tua.
"Sekarang itu banyak ibu yang udah meninggal karena
kena COVID-19. Banyak juga kan yang melahirkan dalam keadaan COVID-19. Nah kan
anaknya kasihan, makanya saya tertarik coba deh donorin asi ke bayi yang butuh.
Karena kan mereka kasihan, butuh hidup juga," kata F.
Dalam kurun waktu empat bulan, dia mendapatkan banyak suka
maupun duka dari donor asi. Di satu sisi, dia senang asinya bisa dirasakan oleh
bayi yang membutuhkan. Namun di sisi lain, terkadang F merasa stres lantaran
setiap harinya harus memenuhi target dan waktu tidurnya pun berkurang.
"Sekarang itu ada lima bayi yang menerima donor asi
saya. Setiap 3-4 jam sekali saya juga harus memompa asi kan untuk ditaruh ke
dalam kulkas. Ini dilakukan setiap hari. Terkadang ya tertekan, pernah asi saya
sama sekali nggak keluar karena stress," ujarnya.
Untuk menyiasati hal itu, sebisa mungkin dia rileks dan
tidak merasa terbebani. Dia juga selalu mengingat banyak bayi yang terlantar
karena tidak mendapatkan asi dari ibu kandungnya. Dengan begitu F dapat tenang
sekaligus memotivasi dirinya.
"Ya saya kalau udah tertekan gitu, pasti ujung-ujungnya
ingat lagi sekarang banyak loh bayi yang masih butuh asi. Jangan sampai mereka
kelaparan, makanya secara nggak langsung ini langsung memotivasi saya. Kalau
saya stres, otomatis kan asinya juga berkurang. Kalau kayak gitu kasihan juga
mereka (bayi), nanti mereka nggak bisa dapat asi kayak biasanya. Nah dari situ
saya baru rileks, kalau capek ya istirahat, tidur," pungkasnya. [qnt]