WahanaNews.co | Para ilmuwan sepakat bahwa buah semangka manis berdaging merah (Citrullus lanatus) berasal dari Afrika.
Salah satu yang memperkuat terori itu adalah studi terhadap lukisan makam Mesir, yang memperlihatkan semangka sebagai makanan penutup lebih dari 4000 tahun yang lalu.
Baca Juga:
Dinas TPHP Bengkulu Tetapkan Harga Jual TBS Sawit Oktober 2024 Rp2.550 per Kg
Meski begitu di mana dan kapan semangka persisnya pertama kali didomestikasi, masih menjadi perdebatan.
Kini dalam sebuah studi, peneliti kembali memberikan wawasan baru mengenai semangka.
Studi tersebut menganalisis biji semangka berusia 6000 tahun yang ditemukan di Uan Muhuggiag, tempat perlindungan batu yang sekarang merupakan Gurun Sahara.
Baca Juga:
Aman Dikonsumsi Rutin, Ini Alasan Semangka Baik untuk Penderita Asam Urat
Menariknya, studi tersebut mengungkapkan bahwa biji semangka yang mereka analisis ternyata bukan berasal dari semangka yang manis.
"Biji semangka yang ditemukan itu tak teridentifikasi sebagai biji buah semangka yang manis, tetapi justru sebagai salah satu yang pahit," kata Suanne Renner, peneliti dari Univeristy of Munich.
Lalu jika semangka itu tak manis, bagaimana orang-orang Libya Neolitik memanfaatkan semangka?
Seperti dikutip dari Sci-News, Sabtu (6/8/2022) peneliti berteori bahwa orang-orang Libya Neolitik ini, tidak memanfaatkan daging semangka, melainkan menggunakan biji semangka.
Biji-biji tersebut dikonsumsi dengan cara dikeringkan atau dipanggang. Tapi bisa juga direbus dalam sup atau semur.
Kesimpulan itu didapat, setelah peneliti mengurutkan DNA dari bji semangka berusia 6000 dan 3300 tahun yang ditemukan dari situs arkeologi di Libya dan Sudan utara.
Sebagai data pendukung, peneliti juga mengurutkan genom dari spesimen herbarium yang tersebar luas secara geografis yang dikumpulkan antara tahun 1824 hingga 2019.
Mereka lantas menganalisis data dan genom yang diurutkan ulang dari koleksi plasma nutfah penting.
Dari situlah, peneliti kemudian menemukan bahwa biji semangka Libya berasal dari semangka yang secara genetik berdaging pahit, jenis semangka egusi (Citrullus mucosospermus) yang ditemukan di Ghana, Benin, dan Nigeria di Afrika Barat.
"Biji ini merupakan teka-teki karena dianggap sebagai biji semangka tertua. Namun itu ditemukan di Libya yang tak pernah dianggap sebagai tempat domestikasi semangka," ungkap Guillaume Chomicki, penulis senior dari University of Sheffield.
Penggunaan biji semangka sebagai makanan ringan juga cocok dengan bukti retakan gigi manusia, yang ditemukan di biji semangka, saat dilakukan studi komputer-tomografi.
"Pemahaman baru yang tak terduga adalah bahwa Citrullus pada mulanya dikumpulkan atau dibudidayakan untuk bijinya bukan dagingnya yang manis. Ini konsisten dengan pola kerusakan biji yang disebabkan oleh gigi manusia," kata Chomicki.
Lebih lanjut, semangka liar yang belum didomestikasi memiliki sangat banyak biji yang lezat dan kaya minyak.
Bijinya juga tak mengandung bahan kimia cucurbitacin yang sangat pahit. Sehingga, tampaknya menjadikan biji semangka itu camilan merupakan hal yang baik.
Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Molecular Biology and Evolution. [qnt]