WahanaNews.co I Praktisi dan Pelaku Pariwisata Samosir Dearman
Damanik buka suara terkait pernyataan Menteri Kordinator Maritim dan Investasi
Luhut B. Panjaitan, yang menyatakan pengelolaan toilet di Danau Toba akan
diserahkan kepada perusahaan Asing.
Baca Juga:
Sejarah Suku Batak Simalungun di Sumut :Sinaga, Saragih, Damanik, Purba
"Statement yang dikeluarkan Menko Maritim dan Investasi ketika berkunjung beberapa hari lalu ke
kawasan Danau Toba menimbulkan kontra versi di dunia maya, mayoritas menilai
bahwa statement tersebut menyepelekan Sumber Daya Manusia kita dalam mengelola
toilet.Kebanyakan komentar bernada
miring, kok masalah toilet saja harus orang luar," kata Dearman, kepada WahanaNews.co.
Rabu (17/2/2021).
Dia melanjutkan, dirinya sangat setuju jika pengelolaan toilet
di danau toba dikelola perusahaan asing. Sebab perlu melihat kondisi toilet
umum di objek wisata khususnya di kawasan Danau Toba, apakah sudah layak atau
belum untuk dimasuki oleh wisatawan.
Baca Juga:
Dibuka Wagubsu, Gebyar Danau Toba 2022 Rangkaian HUT ke-3 Pemuda Batak Bersatu Berlangsung Meriah
Dearman memiliki pengalaman sebagai tim juri untuk Penilaian Toilet Bersih di
objek wisata unggulan se-kawasan Danau Toba (8 Kabupaten) pada tahun 2018. Diselenggarakan
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara, melibatkan Dinas Kesehatan
Prov. Sumatera Utara, Akademi Pariwisasta Medan, Ikatan Arsitek Indonesia Sumatera
Utara, Himpunan Pariwisata Indonesia Sumatera Utara selama 1 minggu.
Kedatangan dan Penilaian tim juri secara tiba-tiba, tanpa
pemberitahuan, tujuannya supaya penilaian objektif. Dimulai dari Gundaling,
Sipisopiso, Taman Iman Wisata, Lae Mbilulu, Menara Pandang Tele, Sipinsur,
Istana SM. Raja, Salib Kasih, Lumban Bulbul, Pantai bebas Prapat, Tomok,
Siallagan, Simanindo, Ruma Bolon dll. Beberapa Tolilet umum dibangun oleh BUMN
melalui CSR bahkan Kementerian PUPR.
"Ketika itu, kami menemukan kebanyakan Toilet umum di objek
wisata belum memenuhi standar pariwisata, terkesan asal ada. Contohnya :
minimnya penerangan, ketersediaan air, fasilitas tidak sesuai, kenyamanan dan
keamanan kurang," katanya.
Pengelolaan, perawatan toilet di kawasan Danau Toba belum
dapat mewujudkan 4 aspek, yaitu : 1. Biologi, terdapat berbagai jenis bakteri
yang dapat hidup dan berkembang biak dengan baik dalam keadaan kotor dan
lembab. 2. Budaya, meliputi masalah behaviour (perilaku) dan kepercayaan. 3. Ekonomi,
toilet mencerminkan budaya dan kondisi ekonomi suatu komunitas. 4. Transformasi, membangun karakter bangsa yang bersih, sehat
dan ramah lingkungan.
"Nah dari keempat point itu bagaimana ? jadi maaf, untuk apa
kita complaint dengan statement beliau, bukankah kita sepatutnya
berterimasih kepada beliau. Mengapa bisa terjadi seperti ini ? Tentu ada
alasannya, kalau saya melihatnya tidak terlepas dari pengalaman Menteri saat
mengunjungi Gurgur, beliau kecewa dengan kondisi toilet disana," jelasnya.
Menurutnya tidak perlu malu mengakui, bahwa mayoritas
masyarakat memang belum mempunyai kesadaran tentang kebersihan toilet.
"Mari kita hilangkan ego sektoral dari diri kita kalau kita
mendukung kawasan Danau Danau Toba akan menjadi destinasi kelas dunia," tambahnya.
Ditunjuknya Mister Loo untuk mengelola prasarana umum ini
karena telah mempunyai nama dan pengalaman di Thailand, Vietnam bahkan di
Swiss. Harapan kedepan, sebaiknya keberadaan Perusahaan Asing nantinya bisa
menjadi arena latihan untuk belajar cara-cara mengelola, merawat, dan menempa Sumber
Daya Manusia masyarakat lokal untuk menangani masalah diatas.
"Kalau boleh janganlah terlalu lama berada di kawasan Danau
Toba, supaya masyarakat sendiri nantinya yang akan mengambil alih. Mari, kita
melihat dari sisi positifnya sajalah dan kita harus lebih banyak lagi belajar
dan belajar untuk kemajuan pariwisata kawasan Danau Toba sebagai destinasi
super prioritas," tegas Dearman. (tum)