WahanaNews.co | Gelar sarjana terdengar seperti salah satu syarat penting untuk
bekerja di sebuah perusahaan, apalagi kalau perusahaan besar.
Tapi, ternyata,
syarat tersebut tidak dibutuhkan untuk bekerja di raksasa teknologi milik Elon
Musk, Tesla.
Baca Juga:
Eks Karyawan Bongkar Kebohongan Elon Musk soal Mobil Tesla
Elon Musk memang sudah berulang kali
menyatakan bahwa dirinya tidak memedulikan gelar sarjana bagi orang yang ingin
bekerja di perusahaannya.
Salah satunya saat ia berkicau di akun
Twitter pribadinya soal lowongan Tim Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence atau AI) di Tesla pada
Februari 2020 lalu.
Pria berusia 49 tahun itu bilang, bekerja
di Tim AI Tesla tidak
membutuhkan gelar sarjana hingga setinggi PhD (Doktor/S3), bahkan ia tidak
peduli jika pelamar adalah lulusan SMA.
Baca Juga:
Tesla Berikan Diskon Besar-besaran untuk Penjualan di Pasar China
Selama mengerti tentang AI dan
algoritma Neural Network (NN), pelamar berpeluang menjadi karyawan Tesla.
"Gelar PhD jelas tak diperlukan," tulis Musk di akun Twitter miliknya.
"Yang
terpenting adalah pemahaman mendalam tentang AI dan kemampuan untuk
mengimplementasikan NN dengan cara yang benar-benar berguna (poin terakhir ini hal yang sangat sulit). Tidak peduli jika Anda lulusan SMA," tegasnya.
Pernyataan serupa kembali dipertegas
Musk ketika menjadi pembicara dalam keynote
di konferensi Satellite 2020,
Washington DC, AS, pada Maret silam.
Ia memastikan,
perekrutan Tesla tidak menyebutkan
perusahaan membutuhkan gelar sarjana, sembari bilang bahwa syarat
tersebut tidak masuk akal.
Meski begitu, calon karyawan tetap
harus memiliki bukti keahlian, yang disebutnya dengan istilah "bukti kemampuan luar biasa".
"Saya tidak mempertimbangkan
kuliah di perguruan tinggi sebagai 'bukti kemampuan luar biasa'," tegas
pasangan penyanyi Grimes tersebut.
Elon Musk sendiri, yang juga mendirikan
dan memimpin perusahaan roket, SpaceX, hanya
memiliki gelar sarjana dari University of Pennsylvania.
Ia sempat menempuh pendidikan untuk
gelar PhD di Stanford University, namun memutuskan drop out karena ingin fokus membangun perusahaan.
Orang terkaya kedua setelah Jeff Bezos
ini bahkan pernah mengatakan bahwa kampus bukanlah tempat belajar.
Kini, semua hal bisa dipelajari secara
gratis. Kuliah, baginya, hanya
membantu seseorang menjadi disiplin dengan tugas dan bersosialisasi sebelum
bekerja.
"Kalian tidak perlu universitas
untuk belajar sesuatu. Apa Shakespeare dulu kuliah di kampus? Mungkin
tidak," papar pria kelahiran Afrika Selatan itu.
Ia juga mencontohkan kesuksesan
pendiri Microsoft, Bill Gates, dan
pendiri Apple, Steve Jobs, yang
sama-sama tidak lulus kuliah namun bisa mengelola perusahaan teknologi dunia.
"Saya pikir, kampus pada dasarnya adalah untuk bersenang-senang, dan untuk membuktikan bahwa Anda bisa menyelesaikan pekerjaan
rumah, tapi bukan untuk belajar," tegas Elon Musk.
Bukan hanya Tesla yang kerap membuka lowongan pekerjaan di perusahaan untuk
orang-orang tanpa gelar sarjana.
Berdasarkan laporan LinkedIn, ada banyak perusahaan global
yang melakukan hal serupa.
Biasanya, lowongan
tersebut meliputi pekerjaan sebagai teknisi elektronik, desainer mekanik, dan marketing.
Ada banyak juga para pemimpin
perusahaan yang mampu mendirikan perusahaan meski tanpa gelar sarjana, seperti
Travis Kalanick (Uber), Mark
Zuckerberg (Facebook), Michael Dell (Dell), Jan Koum (WhatsApp), dan Jack Dorsey (Twitter). [qnt]