WahanaNews.co | Berdasarkan penelitian, kebanyakan pegawai memutuskan untuk resign bukan karena penghasilan tapi tidak cocok dengan atasan.
Cara bos memimpin dan membimbing memang bisa sangat berpengaruh pada anak buahnya, karena itu penting untuk bekerja dengan orang yang tepat.
Baca Juga:
Pemko Medan Gelar Seminar Pemanfaatan Sumur Laluan untuk Atasi Genangan Air Hujan
Melansir detikcom, riset terbaru pun mengungkap ada empat tipe umum bos yang biasa dijumpai di organisasi atau perusahaan. Mana yang paling bisa membantu kamu agar jadi lebih sukses?
1. Bos Tipe Guru
Firma penasehat global Gartner mensurvei lebih dari 5.000 manajer di seluruh dunia. Setelah dikategorikan, salah satu tipe bos atau manajer yang paling umum adalah bos guru. Dikatakan jika mereka suka mengembangkan dan memperlakukan bawahan sesuai keahlian dan pengalaman. Tak pelit mengajarkan ilmu, tipe bos ini juga cenderung bagus dalam berorganisasi.
Sayangnya tipe bos guru ini dianggap bisa jadi problematik ketika melakukan semuanya berdasarkan ilmu dan pengalaman mereka saja. Selain bisa menimbulkan gesekan dengan anak-anak baru, hasil kerja bisa jadi kurang inovatif dan kreatif.
Baca Juga:
Wuling Motor Akui Fast Charging Bisa Pengaruhi ‘Kesehatan’ Baterai Kendaraan Listrik
2. Bos Tipe Manajer
Bos tipe ini menjalankan tugasnya dengan baik sebagai manajer. Mereka rutin mengecek dan memonitor pekerjaan anak buah. Niat mereka tentu baik karena ingin alur berjalan dengan lancar apalagi mereka juga tidak pelit untuk memberi pengarahan atau feedback. Kelemahannya adalah bisa jadi mereka terlalu membentuk atau malah terlalu 'sok tahu' sehingga membuat bawahan kurang nyaman.
3. Bos Tipe Cheerleader
Tipe bos ini agak berbeda dari yang lainnnya. Mereka suka memberi upaya lebih ekstra dibanding kebanyakan atasan dalam memuji hasil kerja bawahan. Umumnya bos tipe cheerleader juga mudah didekati dan suportif dalam mendukung kehidupan profesional atau personal anak buah.
Meski begitu, mereka biasanya tak seproaktif manajer lain dalam mengembangkan kemampuan rekan-rekan. Para manajer ini cenderung membiarkan anak-anak buahnya belajar sendiri yang bisa jadi malah membuat mereka lebih stres.