WahanaNews.co | Para pemeran film Let There Be
Morning, yang disutradarai orang Israel bernama Eran Kolirin, menolak ambil bagian dalam Festival
Film Cannes, meskipun karya sinemanya itu akan ditayangkan pada Sabtu (10/7/2021) ini.
Para aktor yang merupakan warga negara
Palestina di Israel ini menjelaskan dalam pernyataannya lewat media sosial, mereka akan mengambil
tindakan politik untuk memprotes penghapusan budaya Palestina.
Baca Juga:
Jokowi: Indonesia-Turki akan Terus Kerja Sama Bantu Palestina
"Kita tidak bisa mengabaikan
kontradiksi masuknya film ke Cannes di bawah label film Israel ketika Israel
terus melakukan pembersihan etnis, pengusiran, dan apartheid selama puluhan
tahun terhadap rakyat Palestina," kata para aktor dalam sebuah pernyataan.
Mereka mengaku setiap industri film
berasumsi karyanya berada di bawah label etno-nasional Israel, itu semakin
terpelihara realitas yang tidak dapat diterima.
Yakni, identitas penindasan
berkelanjutan terhadap orang-orang Palestina.
Baca Juga:
Jokowi Tegaskan Posisi Indonesia dan Yordania Sama Soal Palestina
"Mengharapkan kita untuk berdiam diri
dan menerima label negara yang telah menyetujui gelombang kekerasan dan
perampasan terbaru ini tidak hanya menormalkan apartheid tapi juga terus
mengizinkan penyangkalan kejahatan yang dilakukan pada orang Palestina,"
tambahnya.
Let There Be Morning adalah
film yang diangkat dari buku karangan jurnalis bernama Sayed Kashua.
Buku tersebut menceritakan kisah Sami,
seorang warga Palestina Israel yang mengunjungi kembali kampung halamannya
bersama keluarganya untuk menghadiri pernikahan saudara laki-lakinya.
Setelah pernikahan, Sami dan
keluarganya bertemu tentara Israel yang memaksa mereka untuk tinggal di desa.
Kemudian, Sami dipenjara dan dikepung
di kampung halamannya tanpa mengetahui alasan pengepungannya.
Film tersebut, yang
merupakan karya kreatif tentang The State
of Siege, sebuah frasa yang diciptakan oleh penyair
Palestina, Mahmoud Darwish.
Keadaan pengepungan diwujudkan dalam
tembok, pos pemeriksaan, penghalang fisik dan psikologis, dan subordinasi dan
pelanggaran identitas, budaya, gerakan, dan hak asasi manusia Palestina.
Dilansir Middle East Monitor, Sabtu (10/7/2021), para
bintang film ini mengakhiri penjelasan mereka dengan
menyerukan lembaga seni dan budaya internasional untuk memperkuat suara seniman
dan kreatif Palestina, karena mereka melawan segala bentuk
penindasan kolonial Israel terhadap hak rakyat Palestina untuk hidup.
Pernyataan tersebut ditandatangani
oleh akrot Alex Bakri, Juna Suleiman, Ehab Elias Salameh, Salim Daw, Izabel
Ramadan, Samer Bisharat, Yara Jarrar, Marwan Hamdan, Duraid Liddawi, Areen
Saba, Adib Safadi, dan Sobhi Hosary.
Sutradara Kolirin sendiri mengatakan
kepada surat kabar Israel, Haaretz, dia
mengerti alasan di balik tindakan para aktor itu, dan
mendukung setiap keputusan mereka.
"Sangat menyakitkan bagi saya mereka
tidak akan berada di sana untuk merayakannya, tapi saya
menghormati posisi mereka," kata Kolirin. [dhn]