WahanaNews.co | Ajang balap Formula E, yang dijadwalkan digelar di Jakarta pada Juni 2022 dan masih menjadi bola panas di tataran elite, tak luput penolakan di akar rumput.
Sekelompok masyarakat masih menggelar aksi penolakan, Balai Kota beberapa kali digeruduk.
Baca Juga:
Gelaran Formula E 2024 Batal, DPRD DKI Sebut Pemilu Lebih Penting
Di DPRD, wacana interpelasi terhadap Gubernur Anies Baswedan masih bergulir.
Dua fraksi: PDIP dan PSI, dengan total 33 kursi DPRD, masih ngotot meminta kejelasan dari Anies terkait kegiatan tersebut.
Jumlah 33 anggota dewan itu telah memenuhi ambang batas pengajuan interpelasi sebanyak 15 kursi.
Baca Juga:
Mahfud MD Mengaku Tidak Tahu Soal Anies Baswedan Akan Jadi Tersangka KPK
Namun, belum ada kabar teranyar terkait wacana interpelasi tersebut sejak dilayangkan akhir Agustus.
Tujuh fraksi lainnya, yakni Golkar, PKS, Demokrat, PAN, NasDem, Gerindra, dan PKB-PPP menolak usulan tersebut usai dijamu makan malam di rumah dinas Anies, Menteng, akhir Agustus lalu.
Belum selesai dengan wacana interpelasi dan aksi warga, Pemprov DKI kini diliputi bayang-bayang gugatan ke arbitrase internasional, karena terikat perjanjian (MoU) dengan pihak penyelenggara.
Pemprov DKI wajib membayar biaya komitmen selama lima tahun berturut-turut yang angkanya mencapai Rp 2,3 triliun, jika ingin menghindari masalah hukum di kemudian hari.
Media meminta tanggapan sejumlah warga terkait gelaran balap Formula E yang bakal digelar Anies di Jakarta.
Mereka berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari pedagang kelontong, karyawan, hingga mahasiswa.
Regar, Sopir Taksi Online
Seorang sopir taksi online, Regar (33), mengaku tidak setuju dengan rencana Pemprov menjadi tuan rumah ajang balap Formula E.
Dia menilai, Formula E digelar di lokasi yang tidak tepat, Monas.
Regar juga menyoroti alokasi anggaran kegiatan tersebut yang tidak sedikit.
Apalagi, kata dia, banyak warga kini masih di tengah ketidakjelasan kabar pandemi Covid-19.
Regar tak mengetahui persis alokasi anggaran kegiatan tersebut.
Namun, ia meyakini alokasi anggaran yang dikeluarkan Pemprov tidak sedikit.
"Kita jangan fokus ke situ dulu seharusnya. Banyak yang mungkin, warga yang kena dampak, lebih baik kita bantu ke situ. Anggarannya bisa dipangkas untuk membantu warga yang terkena pandemi ini," kata dia kepada wartawan, Rabu (15/9/2021).
Sri, Pemilik Warung Kelontong
Pernyataan berbeda justru disampaikan seorang ibu pemilik warung kelontong di kawasan Senayan, Sri (42).
Dia mengaku setuju dengan rencana DKI Jakarta menjadi tuan rumah balapan Formula E.
Sri mengaku tahu dengan rencana tersebut dan menyatakan setuju.
Menurut dia, dengan menjadi tuan rumah, DKI Jakarta akan menjadi negara maju.
Meski begitu, ia menyarankan agar gelaran balap tersebut digelar pascapandemi.
Ia tak ingin gelaran balap tersebut hanya menjadi kepentingan sekelompok orang karena digelar di waktu yang tidak tepat.
"Kalau bisa di-cancel dulu ya. Karena kita mending mentingin rakyat banyak ketimbang kepentingan sekelompok orang," kata Sri.
Oki Reza, Ojek Online
Pernyataan serupa juga disampaikan seorang ojek online yang ditemui di kawasan Melawai, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Oki Reza Fauzi (32).
Ia mengaku setuju dengan rencana Anies menjadi tuan rumah balap Formula E.
Namun, ia meminta agar kegiatan tersebut digelar setelah pandemi.
Hal itu untuk mengurangi pandangan negatif sejumlah pihak terkait ajang balap internasional tersebut.
Oki menilai, gelaran balap Formula E penting untuk mengangkat nama Jakarta dan Indonesia di mata internasional.
Menurut dia, ajang itu penting untuk memperkenalkan budaya Jakarta di dunia internasional.
"Negatifnya paling kalau bisa selesai pandemi. Jadi biar nggak ada pandangan negatif. Kalau masalah positif, itu positif banget. Mengangkat banget," kata dia.
Anita, Mahasiswi
Sementara itu, Anita, mahasiswa semester akhir Universitas Moestopo, Jakarta, memberi catatan kepada pemerintah DKI terkait rencana menjadi tuan rumah gelaran balap Formula E.
Ia mengaku setuju dengan rencana tersebut.
Namun, ia menyarankan agar balap Formula E di Jakarta digelar selesai pandemi.
Ia meminta pemerintah agar fokus mengatasi pandemi terlebih dahulu, dan mengalokasikan anggaran untuk membantu warga terdampak.
"Jadi menurut aku jangan dulu. Kita lebih fokus ke pandemi kita dulu aja. Selesain. Karena kita mau diubah jadi epidemi kan sekarang," kata Anita.
Danny, Arsitek, Warga Tebet
Danny (51), Warga Tebet, Jakarta Selatan, itu meminta Pemprov DKI memikirkan ulang rencana menjadi tuan rumah Formula E.
Menurut dia, hal itu akan berisiko memancing perdebatan di tengah masyarakat.
Namun, ia menilai rencana Pemprov menjadi tuang rumah balap Formula E, merupakan terobosan yang baik, terlebih Jakarta merupakan Ibu Kota negara.
Sebab, dengan begitu, Jakarta akan menjadi sorotan berbagai negara.
Danny tak menyatakan persetujuan maupun penolakan terhadap rencana Pemprov tersebut.
Ia meminta pemerintah memikirkan ulang terkait untung rugi menjadi tuan rumah balap Formula E.
"Sejauh tidak bertentangan dengan prinsip yang kita pegang, saya rasa itu baik sekali," kata Danny.
"Kalau anggaran, kita tahu dikeluarin berapa, penghasilnya berapa. Itu kan ada itung-itungannya. Ya setuju itu, nggak secara harafiah, tapi dengan kajian yang dihitung baik buruknya," imbuhnya. [dhn]