WahanaNews.co | Tak
mau kalah dengan China dan Amerika, perusahaan teknologi asal Inggris Tokamak
Energy tengah menciptakan fusi nuklir yang sering disebut sebagai Matahari
buatan.
Baca Juga:
China dan Bangladesh Bersiap Gelar Pelatihan Militer Bersama
Mereka mengklaim diri sebagai pemimpin dalam perlombaan
mengembangkan perangkat fusi komersial yang akan merevolusi sektor pembangkit
energi.
Tidak seperti reaktor fusi nuklir konvensional, di mana
energi dilepaskan dengan membelah atom uranium, pembangkit listrik fusi tidak
bisa meleleh seperti bencana Chernobyl tahun 1986, yang melepaskan gumpalan
radioaktif.
Reaktor fusi yang tidak berfungsi nantinya akan menjadi
dingin, karena proses fusi gagal. Selain itu, bahan bakar reaktor fusi tidak
akan habis-habisnya dan sangat murah karena bahan bakunya, hidrogen, dapat
diperoleh dari air laut. Listrik yang dihasilkan reaktor fusi tidak hanya
benar-benar nol karbon tetapi juga kebal terhadap perubahan cuaca.
Baca Juga:
Pertemuan Meja Bundar Dewan Kerja Sama Internasional Lingkungan China di Haikou
Menurut salah satu pendiri dan wakil ketua Tokamak Energy,
Dr David Kingham, dalam beberapa bulan, reaktor Didcot yang dikenal sebagai ST
40 akan melewati tonggak sejarah ketika plasma mencapai 100 juta derajat
Celcius. Pencapaian ini enam kali lebih panas dari jantung Matahari.
"Perusahaan kami berada di jalur yang tepat untuk
menyediakan pembangkit listrik fusi nuklir komersial pertama di dunia pada
akhir 2030-an," tekadnya seperti dikutip dari Daily Mail.
Optimisme Dr Kingham ditanggapi dengan serius, baik oleh
pemerintah maupun investor. Sekretaris Negara bidang Bisnis, Energi dan
Strategi Industri Kwasi Kwarteng bahkan mengunjungi pabrik Didcot dan
menyebutkan bahwa Tokamak akan berkembang secara dramatis.
Hingga saat ini, Tokamak disokong dana 150 juta
poundsterling dari investor swasta dan hibah pemerintah sebesar 10 juta
poundsterling. Tenaga kerja yang dimilikinya saat ini sebanyak 165 orang,
termasuk di dalamnya sejumlah ilmuwan top Inggris dan dari seluruh dunia.
Jumlah tenaga kerja ini direncanakan akan ditambah dua kali
lipat pada akhir tahun depan, karena mereka berencana membuka laboratorium dan
bengkel baru.
Dia menjelaskan, kunci keberhasilan perusahaan adalah dua
inovasi penting. Yang pertama, mengembangkan dan mematenkan magnet
superkonduktor suhu tinggi yang hanya menggunakan sepersepuluh energi,
menggunakan zat yang dikenal sebagai Barium Tembaga Oksida Bumi Langka.
Inovasi kedua adalah bentuk reaktor yang dibuat seperti apel
dengan inti di bagian tengahnya. Kebanyakan Matahari buatan lainnya, membuat
desain reaktor fusi seperti donat dengan rongga di bagian tengahnya. Perubahan
desain seperti apel, menurut Dr Kingham, jauh lebih efisien.
Saat ini, sejumlah negara berlomba mengembangkan fusi nuklir
seperti Matahari, selain Inggris, ada China, Korea Selatan, Amerika Serikat,
Rusia, dan India yang membuat Matahari buatan.
Sektor swasta pun tak mau ketinggalan terjun di bidang
serupa. Perusahaan teknologi yang juga sedang mengembangkan fusi nuklir antara
lain perusahaan teknologi aviasi asal AS Lockheed Martin dan raksasa retail
online Amazon milik Jeff Bezos. Selain itu, ada juga proyek internasional
reaktor fusi International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER). Reaktor
yang sedang dibangun di Prancis selatan ini diperkirakan akan menjadi reaktor
fusi terbesar di dunia ketika mulai beroperasi pada tahun 2035. [dhn]