"Ya sebenarnya tidak harus. Tapi
orang-orang yang ketemu Nabi itu biasanya itu adalah satu pangkat, satu nikmat
yang diberikan oleh Allah, yang biasanya para kiai tak mudah memberitahukan
kepada orang lain. Karena takut riya. Karena dia berharap, setelah ketemu Nabi,
itu akan ditemui lagi," terang Safruddin.
"Nah, ketika dia riya, Nabi tidak
senang. Jadi, kalau orang sudah ketemu Nabi, itu senang dan ingin didatangi
lagi (lewat mimpi). Makanya, kalau tidak terpaksa, dia tidak akan cerita. Dan
tidak didahului dengan motif-motif seperti ini. Karena tujuan setelah ketemu
Nabi itu dia pengin ketemu lagi. Maka dia rahasiakan supaya tak timbul
riya," imbuhnya.
Baca Juga:
Doa Akhir Tahun
Menurut Safruddin, orang yang pernah
berjumpa dengan Nabi merupakan orang pilihan.
Untuk itu, dia menyebut ada ciri-ciri
khusus jika orang itu sudah pernah berjumpa lewat mimpi.
Adapun ciri utama itu jika orang jelek
(akhlaknya), ia akan menjadi baik, dan jika sudah baik, maka akan bertambah
baik lagi.
Baca Juga:
Utamakan Adab Sebelum Ilmu
"Orang yang dikehendaki oleh
Kanjeng Nabi untuk bertemu itu orang pilihan. Andaikata dia orang jelek, maka
berubah menjadi baik. Kalau dia baik, maka dia akan tambah baik. Karena yang
ditemui Nabi itu tidak sembarangan," tukasnya.
"Mohon maaf, mohon maaf. Seperti
saya dan teman-teman, seperti saya, banyak
yang ndak ketemu-ketemu Nabi. Karena tidak mudah. Tetapi juga tidak menutup
kemungkinan ada cerita kiainya tidak ketemu Nabi tapi santrinya ketemu
Nabi," tutur Safruddin.
Atas ramainya pengakuan Haikal Hassan
bertemu dengan Nabi Muhammad, Safruddin menyarankan agar masyarakat tidak mudah
percaya.