WAHANANEWS.CO, Jakarta - Pernikahan sederhana di Kantor Urusan Agama (KUA) kini menjadi tren di kalangan muda-mudi Indonesia.
Tanpa pesta megah di gedung dan tanpa drama panjang dalam persiapan, konsep ini menawarkan kesakralan dan ketenangan yang tetap utuh tanpa harus menguras biaya dan energi.
Baca Juga:
Narkoba Kini Dikemas Seperti Permen dan Vape, BNN Ajak Pemuda Bergerak Lawan Penyalahgunaan
Selama bertahun-tahun, pernikahan identik dengan pesta besar di gedung atau di tenda jalanan lengkap dengan berbagai vendor seperti make up artist, dekorasi, katering, hingga band pengiring.
Resepsi biasanya terpisah dari akad nikah yang dilangsungkan di tempat lain, menyita waktu, tenaga, dan tentu saja biaya yang tidak sedikit.
Kini, generasi muda mulai beralih ke pernikahan sederhana di KUA. Pilihan ini bukan semata karena keterbatasan dana, tetapi karena keinginan untuk menjadikan momen pernikahan lebih intim dan bermakna.
Baca Juga:
Peringati Hari Sumpah Pemuda ke-97, Presiden Prabowo Ajak Generasi Muda Lanjutkan Perjuangan 1928
Adhisty, wanita muda yang menikah di KUA Bekasi Utara, menjadi salah satu contoh yang memilih jalan ini. Ia mengaku tidak nyaman dengan keramaian dan ingin pernikahannya berlangsung tenang.
“Kakak-kakakku semuanya menikah dengan pesta besar. Aku tahu betapa melelahkan dan ribetnya persiapannya. Sedangkan aku, tipe orang yang tidak nyaman dengan keramaian,” ujarnya, melansir Tribunnews, Selasa (11//11/2025).
Ketika menyampaikan keputusan menikah di KUA kepada keluarga, muncul pro dan kontra terutama dari pihak calon suami. Namun setelah berdiskusi panjang, keluarga akhirnya mendukung keputusan tersebut.
“Aku selalu bilang, jangan menikah dengan rasa keterpaksaan, apapun bentuknya, baik proses maupun pasangannya,” kata Adhisty.
Menurutnya, keputusan menikah di KUA sangat sederhana — ia hanya ingin menghindari keramaian dan ribetnya pesta besar.
Meski biaya pernikahan sebenarnya ditanggung suami, keduanya sepakat memilih jalur yang sederhana dan tenang.
“Aku bahkan tidak mengeluarkan biaya sepeser pun karena pernikahannya sederhana,” ujarnya.
Menjelang hari pernikahan, suaminya justru memutuskan untuk memperbesar mahar sebagai simbol penghargaan.
“Katanya biar orang tidak menganggap aku dinikahi dengan cara yang seadanya saja,” kenangnya.
Fenomena menikah di KUA tanpa pesta besar juga terlihat di KUA Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat. Dalam tiga tahun terakhir, tren akad nikah di kantor KUA mengalami pasang surut.
Pada tahun 2023, sebanyak 244 pasangan menikah langsung di kantor KUA, sementara 636 pasangan memilih menikah di luar dengan mendatangkan penghulu. Tahun 2024 menurun menjadi 226 pasangan, dan hingga November 2025 sudah ada 199 pasangan menikah langsung di kantor tersebut.
Renandi Wirafitra, penghulu di KUA Cimanggis, menjelaskan bahwa akad nikah di kantor KUA sepenuhnya gratis, asalkan dilakukan pada hari dan jam kerja.
“Pelaksanaannya harus di luar kantor dan di luar jam kerja kalau ingin menikah di luar KUA, biayanya resmi Rp 600 ribu,” katanya, Kamis (6/11/2025).
Prosedur dan syarat pendaftaran nikah di KUA maupun di luar kantor tidak jauh berbeda. Semua administrasi tetap sama, hanya tempat dan waktu pelaksanaannya yang membedakan.
Pasangan yang memilih menikah di Kantor KUA Cimanggis di antaranya adalah Farhan (30) dan Melati (25).
Mereka kompak ingin melangsungkan akad nikah tanpa pesta besar, cukup di ruang sederhana dengan keluarga inti.
“Yang penting sah dulu, Bang, sisanya bisa disyukuri nanti,” ujar Melati sambil tersenyum saat ditemui di KUA Cimanggis, beberapa waktu lalu.
Wanita asal Depok itu mengaku terkejut karena prosesnya benar-benar tanpa biaya sepeser pun.
“Beneran gratis, gak ada pungutan apa-apa,” ujarnya.
Pasangan ini hanya menyiapkan dana sekitar Rp8 juta untuk kebutuhan pribadi seperti busana, dokumentasi, dan sedikit jamuan sederhana di rumah setelah akad.
Paling makan-makan kecil aja sama keluarga dekat,” kata Melati.
Ia menegaskan, pernikahan yang sakral bukan diukur dari kemewahan pesta, tapi dari niat tulus membangun rumah tangga yang penuh cinta.
“Kalau hatinya tenang, itu lebih penting daripada pesta besar tapi capek dan boros,” ucapnya.
Namun, tidak semua pasangan memilih jalan yang sama. Rio (27) dan Intan (26) justru merencanakan pesta meriah di gedung sebagai simbol momen sekali seumur hidup.
“Kami ingin merayakannya dengan teman dan keluarga besar, biar jadi kenangan,” kata Rio yang sudah menyiapkan acaranya sejak pertengahan tahun.
Menurutnya, setiap pasangan punya cara berbeda dalam mengekspresikan kebahagiaan hari pernikahan—ada yang sederhana di KUA, ada pula yang meriah di gedung, semuanya sah selama niatnya tulus.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]