WahanaNews.co | Sejarah Indonesia mencatat bagaimana dahsyatnya Pertempuran Surabaya, yang puncaknya terjadi pada 10 November 1945.
Tak hanya prajurit Tentara Nasional
Indonesia (TNI), milisi pro-kemerdekaan yang berasal dari barisan
pejuang rakyat pun dengan gagah berani menghadapi Pasukan
Khusus Angkatan Darat Inggris (SAS).
Baca Juga:
Dalam rangka Memeriahkan Hari Bhayangkara ke-79, Polres Subulussalam Laksanakan Olahraga Bersama
Dengan semangat dan tekad untuk meraih
kemerdekaan, TNI dan rakyat Indonesia sama sekali tak peduli siapa pun musuh
yang datang.
Jika mengganggu dan mengancam
kedaulatan bangsa dan negara, meski nyawa taruhannya tentu akan dihadapi.
Diberitakan sebelumnya, ada pengakuan
dari dua purnawirawan perwira tinggi Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (US Armed Forces) soal kehebatan tempur
pasukan TNI.
Baca Juga:
Siaga Merah di Kualanamu: Ancaman Bom Guncang Bandara, Jemaah Haji Dievakuasi
Keduanya adalah eks Panglima Angkatan
Bersenjata AS, Jenderal (Purn) Peter Pace, dan mantan Komandan Operasi Badai
Gurun (Desert Storm), Jenderal (Purn)
Tommy Franks.
Ternyata, tak cuma Pace dan Franks
yang mengakui kehebatan pasukan TNI.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat
Kerajaan Inggris, yang juga anggota Pasukan Khusus
Angkatan Kerajaan Darat Inggris (SAS), Jenderal Sir Michael David Jackson, punya
pandangan yang sama.
Sebagai mantan orang nomor satu di
Angkatan Darat Kerajaan Inggris, Jackson tahu persis bagaimana kehebatan
strategi perang gerilya militer dan rakyat Indonesia.
Jackson juga tahu bagaimana keberanian
pasukan TNI dan rakyat Indonesia mampu mengalahkan pasukan Inggris dalam Pertempuran Surabaya, 75 tahun silam.
Dalam pandangan Jackson, perang
gerilya adalah doktrin yang jadi keunggulan pasukan TNI dan rakyat Indonesia.
Pria 76 tahun itu pun mengetahui bahwa sejumlah negara di Asia dan Afrika sangat
terinspirasi dan juga memakai taktik perang gerilya.
"Doktrin militer Indonesia sudah
dipakai di beberapa negara Asia, bahkan Afrika. Karena, Indonesia
memang diminta melatih beberapa negara Asia dan Afrika," ucap Jackson.
Apa yang terjadi di Pertempuran Surabaya, disebut Jackson
membuat Inggris mendapat pelajaran yang sangat berharga.
Sebab, meski
pihaknya unggul dalam hal teknologi persenjataan, dukungan rakyat terhadap
pasukan TNI dalam perjuangan justru mampu mengalahkan kecanggihan Inggris.
Oleh sebab itu, menurutnya, hingga saat ini Inggris tidak lagi menganggap remeh kemampuan
tempur TNI dan rakyat Indonesia.
Sebab, seperti
yang sudah pernah terjadi, rakyat Indonesia akan senantiasa berada di barisan
terdepan bersama TNI jika kedaulatannya terancam.
"Meski Indonesia kekurangan
senjata, tidak mungkin mudah menaklukkan Indonesia. Karena, jika perang terjadi, bukan hanya militernya yang maju perang, tapi rakyatnya juga pasti turut membantu untuk menghabisi
lawan," ujar Jackson.
"SAS sudah pernah merasakan saat
berhadapan dengan aliansi tentara dan rakyat Indonesia.
Jadi jangan pernah anggap ringan Indonesia," katanya. [qnt]