WahanaNews.co | Ada cerita menarik dari Masjid Babah Alun Desari di pinggir Tol
Depok-Antasari (Desari), Kota
Jakarta Selatan.
Selain bentuknya yang unik karena
menyerupai bangunan etnis Tionghoa, ternyata masjid tersebut didirikan oleh
mantan jawara Pasar Baru.
Baca Juga:
Wagub Kalbar Komitmen Kembangkan Kebudayaan dengan Membangun Rumah Adat Tionghoa
Muhammad Jusuf Hamka, pendiri Masjid
Babah Alun Desari, mengatakan, pembangunan Masjid Babah
Alun Desari merupakan ikhtiarnya dalam membangun 1.000 masjid di Indonesia.
"Saya pernah jadi jawara, dulunya
tukang gelut di Pasar Baru,"
kata Jusuf kepada
wartawan, Jumat (12/2/2021).
Tukang gelut yang dimaksudkan Jusuf adalah dirinya sebagai orang yang
sering berkelahi di wilayah Pasar Baru.
Baca Juga:
Perjalanan Karir Politik Tjhai Chui Mie, Wali Kota Perempuan Tionghoa Pertama di Indonesia
Jusuf menyebut, dirinya
terlahir dari orangtua keturunan Tionghoa asal Samarinda. Sedangkan
dirinya lahir dan besar di Pasar Baru, Jakarta.
Sejak muda, dia tinggal di Krekot
Bunder, Pasar Baru, di belakang Pasar Metro Atom, Pasar Baru, Jakarta
Pusat.
"Jadi, dari
ujung ke ujung Krekot Bunder itu, orang kenal saya. Dulu pernah jadi bekas (Ketua) RW 03 Pasar Baru," ujar Jusuf.
Sejak tahun 1981, Jusuf telah memeluk
Islam, diangkat sebagai anak ideologi oleh ulama besar Indonesia, Profesor Buya Hamka.
Kini, Jusuf
bertransformasi sebagai pengusaha di bidang infrastruktur sukses yang membangun
sejumlah jalan tol di Jakarta, Depok, maupun Bogor.
Masjid Babah Alun Desari adalah masjid bergaya oriental ketiga yang dibangun Jusuf Hamka, setelah sebelumnya membangun Mushala Babah Alun di kawasan Ancol
dan Masjid Babah Alun di kolong Tol Ir Wiyoto Wiyono, Sunter, Jakarta Selatan.
"Sebenarnya, masjid pertama yang saya bangun ada di Kalimantan, dekat pabrik saya," kata Jusuf, yang
bernama Tionghoa Josef Alun.
Sejak Agustus 2020, Masjid Babah Alun
Desari diresmikan oleh Pemerintah Kota Jakarta Selatan.
Proses pembangunan masjid tersebut
memakan waktu delapan bulan.
Masjid yang terdiri atas satu lantai ini memiliki luas sekitar 200 meter persegi, memiliki
daya tampung hingga 200 orang jemaah.
Tapi, selama
masa pandemi Covid-19, diberlakukan pembatasan sosial dengan
jaga jarak dibatasi hingga 50 persen.
Jusuf sengaja membangun masjid dengan
arsitektur Tionghoa sebagai syiar Islam sekaligus wisata religi untuk
masyarakat. [dhn]