Cuaca dingin juga terjadi di Amerika Utara bagian selatan, meliputi Trenton, New Jersey, dan lainnya.
Kondisi ini bertahan 3 bulan hingga menyebabkan panen gagal.
Baca Juga:
Gunung Semeru Erupsi, Guguran Meluncur hingga Jarak 1.000 Meter
KR Briffa dan PD Jones melakukan analisis lingkaran pohon untuk menguak cuaca setahun pasca letusan Tambora di Eropa.
Pasalnya letusan tersebut terjadi di Indonesia, namun Eropa yang mengalami dampaknya.
Dalam publikasi di jurnal Nature tahun 1992, dia menemukan bahwa musim panas 1992 memang luar biasa dingin, terdingin sejk 1750.
Baca Juga:
Gunung Semeru Kembali Erupsi, Tinggi Abu 700 Meter
Suhu musim panas di Eropa 1-2 celcius lebih dingin dari tahun 1810-1819 dan 3 derajat celcius lebih dingin dari rata-rata 1951-1970.
Tahun 1998, Briffa mengatakan efek Tambora pada pendinginan global.
Tambora menciptakan salah satu musim panas terdingin dalam 6 abad, kedua terdingin setelah 1601 akibat letusan Huaynaputina di Peru.