Fragmen-fragmen itu menggambarkan sisi manusiawi seorang seniman yang tak hanya mengejar ketenaran, tetapi juga pengakuan atas perjuangan dan dedikasinya.
Serial Wonder Man tidak sekadar menghadirkan kisah perjuangan seorang aktor, tetapi juga menjadi satire terhadap industri hiburan modern.
Baca Juga:
Film Jepang “Blonde” Angkat Konflik Guru di Tengah Tekanan Sosial dan Budaya
Melalui pendekatan meta dan humor gelap, cerita ini menyoroti ambisi, ego, serta kelelahan emosional yang sering kali muncul dalam dunia superhero baik di layar maupun di balik layar.
Aktor legendaris Ben Kingsley kembali hadir sebagai Trevor Slattery, karakter yang pertama kali muncul di Iron Man 3.
Kehadirannya membawa unsur komedi khas, terutama saat ia menjadi rival Simon dalam audisi film. Interaksi keduanya diprediksi menjadi salah satu daya tarik utama serial ini.
Baca Juga:
Drama China “Love in Red Dust”: Antara Balas Dendam, Cinta, dan Rahasia Keluarga
Karakter Von Kovak digambarkan sebagai sutradara eksentrik yang berusaha menghidupkan kembali kejayaan genre pahlawan super dengan perspektif baru.
Ia menjadi simbol dari keinginan industri untuk menghadirkan karya yang segar di tengah kejenuhan penonton terhadap formula superhero yang berulang.
Serial ini disutradarai oleh Destin Daniel Cretton, yang sebelumnya mengarahkan Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings, dan ditulis oleh Andrew Guest, kreator di balik Hawkeye.