KABUPATEN Sikka kaya dengan objek wisata bahari, wisata religius, wisata budaya dan wisata alam, yang memiliki nilai histoy dan keunikan yang berbeda.
Hamparan pasir putih diantara karang di pesisir pantai di Desa Sikka, Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka, NTT, menyajikan sejuta keunikan dan keindahan yang tiada tara.
Baca Juga:
Mahfud MD ke Flores, Ini Rangkaian Kegiatan Menko Polhukam
Hamparan pasir putih pantai Selatan Kabupaten Sikka itu hanya berjarak 30 kilometer dari pusat Kota Maumere.
Jika menggunakan kendaraan roda dua atau lebih bisa ditempuh dalam waktu singkat.
Pantai ini memang mudah dijangkau, sehingga tidak heran bila tempat ini menjadi tujuan utama masyarakat Kota Maumere untuk berekreasi atau mengisi waktu santai bersama keluarga.
Baca Juga:
Ditinggal Suami, Seorang Wanita di Sikka Perkosa Bocah Lelaki
Suasana hening, didukung hamparan pasir putih dan deburan ombak yang bergulung-gulung seolah berlomba memancarkan buih putih menerpa bibir pantai.
Hembusan angin pantai yang bertiup sepoi-sepoi, buih putih bagai butiran kristal silih berganti menghiasi bibir pantai melengkapi membuat pengunjung enggan untuk beranjak.
Hembusan angin dan desiran ombak menyatu dalam balutan harmoni suara yang indah di pantai pasir putih Sikka di Desa Sikka, membuat pengunjung semakin betah berlama lama.
Gradasi warna laut yang biru menyatu dengan langit yang cerah serta hamparan pasir pantai memberikan kesan yang indah dan penuh kedamaian hati.
Tidak jauh dari pantai itu, terdapat sebuah sumur tua air tawar yang bernama Wair Potong, dengan sejuta kisah yang unik, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keindahan pantai Sikka.
Pantai pasir putih di pantai Sikka Desa Sikka ini tetap menjadi target pengunjung untuk melepas kepenatan setelah beraktivitas dalam sepekan di Kota Maumere.
Lambaian daun kelapa seolah menyapa setiap pengunjung pantai itu, yang menyajikan sejuta keindahan, keunikan dan nilai sejarah sebagai pantai pertama mendaratnya Portugis di Pulau Nusa Bunga.
Tekstur lembut hamparan pasir pantai ini, memanjakan kaki yang ingin segera lepas dari alasnya dan mulai menyatu dengan air laut Samudera Hindia.
Sebuah gradasi warna biru tua, bagian lain biru muda kehijauan tampak berbaur birunya langit dan putihnya pasir bertabur karang yang indah.
Dicelah karang bibir pantai terdapat kerang-kerang kecil, ran sejumlah kepiting kecil yang hilir mudik di atas pasir dan celah karang, bercengkerama dengan gemuruhnya ombak laut selatan.
Tidak jauh dari situ terdapat beberapa home stay di Siba Spot yang tidak kalah menarik karena menyajikan nuansa kearifan lokal bagai miniatur budaya Kabupaten Sikka.
Kendati pantai itu, masuk dalam daftar obyek wisata pemerintah Kabupaten Sikka, namun dalam pengelolaannya masih secara parsial oleh warga sekitarnya.
Selain keindahan pantai, obyek wisata ini juga memiliki sebuah keunikan. Bila menyusuri pantai hingga batas akan bertemu dengan sebuah kampung tua, yakni Kampung Sikka.
Pandangan mata yang dimanjakan panorama pantai seolah tak ingin beralih lagi.
Daya tariknya bagai candu yang membuat ketagihan akan keindahannya.
Emanuel Laba, yang mengelola Siba Spot dan menata Sumur Tua Wair Potong di Desa Sikka, mengakui bahwa Siba Spot dengan pantai Sikka adalah satu kesatuan.
"Saya kelola Siba Spot ini sekaligus dengan pantai ini. Pantai ini merupakan satu kesatuan dengan Siba Spot dan Sumur Tua Wair Potong," kata Eman Laba.
Eman mengakui bahwa sebelum Covid 19, pantai itu selalu ramai dikunjungi oleh warga dari berbagai daerah di Kota Maumere, bahkan dari luar Kabupaten Sikka.
"Sebelum Covid-19, hampir setiap hari selalu ramai pengunjung. Yang datang di Siba Spot sekaligus menikmati pantai Sikka," kata Eman.
Eman berharap selepas pandemi Covid-19, pemerintah lebih memperhatikan pengembangan spot-spot wisata yang ada di wilayah Kabupaten Sikka. (Athy Meaq, Kontributor)-gun