WahanaNews.co | Asteroid ternyata memiliki banyak logam berharga yang bisa bikin
banyak orang penasaran.
Selain jadi objek penelitian, Asteroid
dianggap memiliki nilai ekonomi tinggi karena kandungannya yang sangat
berharga.
Baca Juga:
Lebih Horor Dibanding Ramalan Baba Vanga, Ini Prediksi NASA di Tahun 2024
Baru-baru ini, dalam
situs Space.com, Paul M Sutter, ahli
astrofisika dari Stony Brook and the
Flatiron Institute, menulis, asteroid
memiliki kandungan logam yang sangat berharga, salah
satunya adalah emas.
"Asteroid memiliki kandungan emas
yang sangat besar, termasuk logam lainnya yang
menjanjikan kekayaan seumur hidup," tulis Paul M Sutter.
Sebagaimana Bumi yang menyimpan banyak
kandungan logam yang berharga, asteroid juga memiliki hal yang sama.
Baca Juga:
NASA Tangkap Sinyal Laser Pada Jarak 16 Juta Km dari Bumi
Paul M Sutter menuturkan, sebagian besar logam berharga yang ada di Bumi tersimpan sangat
dalam di perut Bumi.
Hal itu terjadi karena
logam-logam berharga yang ada di Bumi ikut tenggelam ketika Bumi masih dalam
keadaan cair.
Dia beranalisis, logam berharga yang bisa diakses oleh masyarakat saat ini, yang
didapat tidak terlalu jauh dari dalam bumi, justru
merupakan logam-logam berharga yang terkandung di Asteroid yang sampai ke Bumi.
Emas, menurut
Paul M Sutter, bukan satu-satunya logam berharga
yang terkandung dalam jumlah besar di asteroid.
Logam berharga lainnya adalah nikel
dan besi.
Hal ini terjadi karena asteroid tidak
lain adalah sisa-sisa dari almost planet
yang ada di luar angkasa.
"Mereka (asteroid) mengandung
semua campuran elemen yang sama dengan sepupu planet mereka yang lebih
besar," tulisnya.
Dia mencontohkan Asteroid 16 Psyche
yang mengangdung sekitar 10 miliar kilogram nikel dan besi.
Kedua logam ini sangat dibutuhkan oleh
berbagai industri yang ada saat ini.
Menurutnya, kedua
logam yang ada di 16 Psyche itu dapat memasok kebutuhan industri selama
beberapa juta tahun.
"Dan Anda tidak perlu menggali
inti mereka untuk mendapatkannya seperti kita menggali emas dan logam-logam
lainnya," terang Paul M Shutter.
Masalahnya adalah asteroid bukan
seperti meteoroid yang sering jatuh ke Bumi.
Bahkan kalau jatuh pun Bumi akan
gempar, apalagi jika ukurannya sangat besar.
Misalnya asteroid Bennu yang yang
diperkirakan akan menabrak Bumi pada 2300.
Asteroid Bennu diperkirakan akan
membuat kawah yang sangat besar atau 100 kali ukuran kawah normal jika menabrak Bumi.
Namun, sebagai
gambaran, meteorit yang jatuh di Bumi saja harganya bisa supermahal, maka
bayangkan jika yang jatuh adalah asteroid.
Menambang asteroid langsung di luar
angkasa juga bukan solusi yang mudah, menurut Paul M Shutter.
Pasalnya akan membutuhkan banyak
energi agar pesawat luar angkasa buatan masyarakat Bumi mampu mengikuti
kecepatan asteroid.
Apalagi menambang asteroid di
tempatnya sendiri.
"Agar sampai ke asteroid. Roket
kita harus bisa menyamai kecepatan asteroid hingga 5,5 kilometer per
detik," jelasnya.
Dan begitu asteroid bisa ditambang,
para pencari asteroid akan dihadapkan pada pilihan yang sulit.
Mereka akan bingung antara mengolah
seluruh logam yang ada di asteroid di luar angkasa atau membawa sekaligus logam
mentah kembali ke Bumi, dengan semua limbahnya.
Paul M Shutter sendiri melihat ada
cara lain yang lebih rasional, yakni menarik asteroid ke orbit Bumi.
Begitu sampai di orbit Bumi, eksplorasi
asteroid, menurutnya, akan jauh lebih mudah.
"Begitu asteroid berada di ruang
dekat Bumi, banyak kesulitan penambangan asteroid berkurang secara signifikan.
Tantangan logistik, teknik, dan teknis yang sangat besar akan banyak
berkurang," jelasnya.
Saat ini, beberapa
proyek khusus memang pernah dibuat, seperti Asteroid Redirect Mission yang dibuat oleh NASA.
Begitu juga dengan misi OSIRIS-REx yang dibuat untuk mengalihkan
asteroid Bennu.
Menurutnya, mengambil
asteroid yang ukurannya superbesar memang terlalu beresiko.
Hanya saja, saat ini
masih banyak asteroid dengan ukuran yang sangat ideal bisa ditarik ke orbit
Bumi.
"Tidak hanya untuk penambangan
asteroid-asteroid yang bisa ditarik juga bisa untuk penelitian yang siapa tahu
bisa menyelamatkan Bumi kemudian hari," tulisnya.
Hanya saja, seluruh
misi tersebut justru dibatalkan.
Jadi penambangan asteroid sepertinya masih jadi khayalan. [dhn]