WAHANANEWS.CO, Jakarta - Meskipun Paskah dikenal sebagai peringatan kebangkitan Yesus Kristus, simbol telur tetap menjadi bagian tak terpisahkan dalam perayaannya.
Telur dipandang memiliki makna spiritual yang dalam dan melambangkan harapan serta kehidupan baru.
Baca Juga:
Bupati Humbahas Hadiri Perayaan Paskah dan Pesta Pelindung Gereja Paroki ST Fidelis Doloksanggul
Asal-usul keterkaitan antara telur dan Paskah berakar pada sejarah panjang yang mencakup tradisi gereja serta pengaruh budaya kuno non-Kristen.
Simbol ini mencerminkan kelahiran kembali dan semangat pembaruan.
Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa telur begitu identik dengan perayaan Paskah, dikutip dari berbagai sumber terpercaya:
Baca Juga:
Rusia dan Ukraina Saling Tuduh Langgar Gencatan Senjata Paskah
1. Telur sebagai Lambang Kehidupan Baru
Dalam banyak budaya kuno, telur merupakan simbol kesuburan dan kelahiran kembali. Kehadirannya sering dikaitkan dengan pergantian musim, khususnya datangnya musim semi yang membawa kehidupan baru.
Dalam konteks Kristen, telur melambangkan kebangkitan Kristus yang membawa harapan akan hidup kekal. Seperti anak ayam yang menetas dari cangkangnya, Yesus bangkit dari kematian, membawa kehidupan baru bagi umat manusia.
2. Akar dari Tradisi Pagan
Simbol telur telah dikenal dalam ritual pagan jauh sebelum agama Kristen menyebar ke Eropa. Festival musim semi yang diadakan oleh masyarakat pagan memuliakan kesuburan dan pertumbuhan.
Salah satu dewi yang dihormati dalam tradisi tersebut adalah Ēostre atau Ostara, dewi musim semi dan kesuburan dari mitologi Anglo-Saxon. Ia digambarkan dengan simbol telur dan kelinci.
Ketika agama Kristen mulai berkembang, banyak elemen dari tradisi pagan tidak dihapus, melainkan diadaptasi ke dalam perayaan Paskah. Simbol-simbol lama tetap dipertahankan sebagai bagian dari tradisi baru yang lebih diterima masyarakat luas.
3. Pengaruh Tradisi Gereja: Puasa dan Telur
Pada Abad Pertengahan, umat Kristen menjalani masa Prapaskah dengan berpantang mengonsumsi daging, telur, dan produk susu.
Namun ayam tetap bertelur selama masa puasa. Karena itu, telur dikumpulkan, diawetkan, atau direbus untuk dikonsumsi setelah masa pantang berakhir.
Saat Paskah tiba dan masa puasa selesai, umat Kristen kembali mengonsumsi telur sebagai bagian dari perayaan.
Dari sinilah muncul kebiasaan makan dan menghias telur saat Paskah.
Tradisi menghias telur pun berkembang menjadi ekspresi budaya dan estetika yang beragam di berbagai belahan dunia.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]