WahanaNews.co | Fenomenabadai Matahari Super sempat
menyebabkan berbagai kekacauan diBumi, mulai dari kabel-kabel telegraf yang terpanggang,
hingga melumpuhkan satu kota dan bandara akibat mati listrik.
Badai Matahari juga
disebut badai geomagnetik.
Baca Juga:
Hadir Pada General Annual Meeting di Dakar Senegal Tahun 2014, Awal Bergabungnya ALPERKLINAS Ke FISUEL International
Mereka disebabkan oleh
gangguan di Matahari yang mengirim partikel bermuatan ke luar angkasa.
Ketika partikel-partikel
itu menyerang magnetosfer Bumi, sehingga disebut menyebabkan badai.
Partikel tersebut dapat
berasal dari coronal mass ejections
(CME), co-rotating interaction region
(CIR), dan lubang koronal yang memancarkan aliran angin Matahari berkecepatan
tinggi yang dapat melaju dua kali lebih cepat dari angin Matahari biasa.
Baca Juga:
Dukung Sektor Pariwisata, PLN Distribusi Jakarta Listriki Hotel Travello
Sandra Chapman, dari Center for FusionSpace and
Astrophysics, Universitas Warwick,
mengatakan, badai Matahari itu adalah peristiwa langka, tetapi
dapat diprediksi kapan peluang terjadinya kembali.
Dalam makalah, penulis
menunjukkan bahwa badai magnet "parah" terjadi dalam 42 kali dari 150 tahun terakhir.
Sedangkan badai super "hebat"
yang lebih kuat terjadi dalam 6 kali dari 150, atau sekitar setiap 25 tahun.
Biasanya, badai itu hanya berlangsung beberapa hari, tetapi
bisa berpotensi mengganggu teknologi modern.
Badai Matahari
menimbulkan risiko yang meningkat,
karena Bumi menjadi lebih terhubung secara elektronik.
Bukan hanya sistem
distribusi daya, tetapi juga sistem komunikasi global.
Sebab, Badai Matahari
super dapat menyebabkan pemadaman listrik, mengganggu atau merusak satelit,
mengganggu penerbangan dan menyebabkan hilangnya sementara sinyal GPS dan
komunikasi radio.
Apalagi saat ini ekonomi
dan cara hidup manusia
semakin bergantung pada satelit
untuk komunikasi, dan jaringan listrik, pemerintah dan lembaga untuk dijadikan
pemahaman dan prediksi cuaca antariksa sebagai prioritas.
Berikut sejumlah
kerusakan hebat akibat Badai Matahari yang sempat kacaukan dunia.
Badai Matahari 1859
Badai geomagnetik paling
terkenal adalah Peristiwa Carrington
tahun 1859.
Peristiwa Carrington merupakan badai geomagnetik paling kuat yang pernah
tercatat.
Badai itu melumpuhkan
beberapa sistem telegraf di berbagai belahan dunia lantaran kabel-kabel ini
terpanggang, memicu kebakaran, dan bahkan mengejutkan beberapa operator
telegraf.
Lebih dari itu, telah
dihitung bahwa badai Matahari sekuat Peristiwa
Carrington, jika terjadi hari ini akan menyebabkan kerugian miliaran,
bahkan mungkin triliunan dolar.
Dikutip Science Alert, peristiwa Carrington
bukan bagian dari penelitian, karena data yang dilihat para peneliti tidak
sejauh itu.
Analisis mereka
menunjukkan bahwa badai super sekuat Peristiwa
Carrington mungkin lebih umum daripada yang diperkirakan, dan bahwa mereka
dapat terjadi kapan saja, dengan sedikit peringatan.
Di luar angkasa,
beberapa satelit tak terkendali selama beberapa jam.
Satelit komunikasi
TDRS-1 NASA mencatat lebih dari 250 anomali saat partikel berenergi tinggi
menyerang elektronik sensitif satelit.
Space Shuttle Discovery pun mengalami masalah misterius.
Sebuah sensor di salah
satu tangki yang memasok hidrogen ke sel bahan bakar menunjukkan pembacaan
tekanan tinggi yang luar biasa pada 13 Maret.
Namun, masalah itu
hilang setelah Badai Matahari mereda, seperti dikutip laman NASA.
Badai Matahari 1989
Sedangkan badai Matahari
pada 13 Maret 1989 di Quebec, Kanada, dilaporkan mengganggu sistem distribusi listrik,
dan menciptakan aurora kuat yang terlihat hingga di selatan negara bagian
Texas.
Warga di Texas terjebak
mati listrik selama 12 jam.
Banyak dari pegawai yang
terjebak di gedung kantor yang gelap, elevator yang macet, dan terowongan bawah
tanah yang pengap.
Pemadaman listirk ini
juga menyebabkan sekolah dan kantor ditutup, hingga menutup Bandara Dorval.
Pada hari Jumat, 10 Maret 1989, para astronom menyaksikan ledakan dahsyat di
Matahari.
Dalam beberapa menit,
gaya magnet yang kusut di permukaan Matahari telah melepaskan awan gas sebanyak
satu miliar ton.
Mengutip Science Alert, energi ini sama seperti
energi ribuan bom nuklir yang meledak pada saat yang bersamaan.
Lantas, awan badai
langsung keluar dari Matahari menuju Bumi dengan kecepatan satu juta mil per
jam.
Suar matahari yang
mengiringi ledakan tersebut segera menyebabkan interferensi radio gelombang
pendek, termasuk gangguan sinyal radio dari Eropa ke Rusia.
2012
Pada 2012, Matahari
melepaskan ledakan kuat dari lontaran massa koronal yang sangat besar dan kuat.
Beruntung bagi Manusia,
Bumi sedang tidak berada di jalurnya.
Sebab, jika posisi keduanya
berdekatan, peristiwa ini akan menjadi badai super yang menghantam Bumi.
Badai Matahari 1528
Peristiwa Badai Matahari
yang kuat juga diperkirakan sempat menyapa Bumi pada 1528.
Hal ini tercatat dalam
tulisan penulis Portugis abad ke-16 asal Lisbon, Pero Ruiz Soares.
Namun, saat itu, ia tak menyadari hubungan Badai Matahari dengan
kemunculan aurora.
Pada 1582, ia menulis, "Tampak api besar di langit utara dan berlangsung selama tiga hari. Baca
juga: Sebab Langit Kuning dan Matahari Jadi Biru di Beijing China Seluruh
langit tampak seperti dijilat lidah api; seluruh langit tampak terbakar. Tidak
ada yang ingat pernah melihat hal ini sebelumnya... Pada waktu malam, jilatan api yang sama muncul di
atas kastil yang tampak mengerikan dan menakutkan. Hari berikutnya, muncul
jilatan api yang sama di waktu yang sama, tapi tak sebesar kemarin. Banyak
orang pergi ke pinggiran kota untuk menyaksikan tanda ajaib ini."
Para peneliti hari ini
berupaya mengungkap peristiwa di masa lalu, serupa catatan badai matahari tahun
1582.
Melansir Earth Sky, hal ini diperlukan untuk
menyelidiki pola perulangan badai kuat di matahari ini.
Sehingga, mereka bisa
memprediksi kapan Badai Matahari masif itu kembali terjadi di masa depan.
Saat ini mereka
memperkirakan Badai Matahari super terjadi sekali dalam satu abad.
Sehingga, mereka mesti
memperkirakan satu atau lebih badai Matahari super yang akan menghantam Bumi
pada abad ke-21.
Sementara perulangan
badai Matahari besar yang terjadi setiap 25 tahun
diperkirakan akan menghampiri Bumi pada 2025. [qnt]