WahanaNews.co | Lato-lato, atau terkadang disebut nok-nok, trek-trekan, merupakan mainan yang tengah viral saat ini.
Ikhwan, salah satunya. Remaja 16 tahun itu senang sekali main lato-lato dengan teman-temannya di area sekitar rumah.
Baca Juga:
Perdana di Tapteng, OSIS SMPN 1 Sibabangun Gelar Lomba Latto-latto
Kata dia, musim libur sekolah tapi mau main pun tidak bisa karena cuaca kurang bersahabat, main lato-lato pun bisa jadi pelampiasan.
"Hujan terus, jadi main yang gampang saja di rumah sama anak lain. Main bola juga hujan lah malas. Main mobile legend bosan. Ya, kita cari mainan lain ini, lato-lato lagi viral," kata Ikhwan dilansir dari CNNIndonesiacom, Kamis (29/12).
Ikhwan mengaku membeli lato-lato setelah mencoba punya temannya di sekolah.
Baca Juga:
Dokter Tak Sarankan Lato-lato Dimainkan Balita
Awalnya dia hanya penasaran, tapi setelah mencoba ternyata mengasyikkan.
Jujur saja, kata Ikhwan, ada sensasi ingin terus main ketika mendengar suara dua bola beradu.
"Apalagi kalau udah toktok-nya kenceng, adrenalin saya naik gitu lah, jadi pengin nyoba terus," kata Ikhwan.
Mainan segala usia
Lato-lato bisa dibilang jadi mainan semua usia. Jika Ikhwan adalah remaja tanggung yang merasa adrenalinnya dipicu saat main lato-lato, Yani (34) justru berbeda.
Sebagai ibu rumah tangga beranak dua, Yani mengaku main lato-lato jadi ajang refreshing tersendiri. Dia merasa kembali ke masa muda, saat dahulu permainan ini juga pernah ramai.
"Ini mainan waktu saya kecil. Dulu suka main ini. Sekarang viral lagi, jadi nostalgia," kata Yani.
Yani memang tidak membeli lato-lato secara khusus untuk dirinya. Dia hanya main saat benda itu tidak dimainkan anaknya. Tapi, kadang keduanya juga suka rebutan ingin bermain.
"Kalau malam saya masih asyik main, eh si ade [anaknya] mau main juga. Kadang rebutan. Tapi gitu, jadi malah bercanda saja sama anak," kata dia.
Siklus perputaran mainan
Lato-lato adalah mainan jadul yang 'lahir kembali' di zaman kiwari. Pada era 1990-an, Anda mungkin mengingatnya sebagai mainan bulan puasa. Sambil menunggu azan Magrib, bukannya mengaji, anak-anak malah asyik main lato-lato.
Kini, mainan itu seolah bangkit dari kubur. Bahkan dengan enteng menggeser posisi mainan kekinian semacam gim daring dan sejenisnya.
"Ada kecenderungan mainan itu berputar, seperti mode. Bagaimana juga zaman berubah, hal-hal dari masa lalu itu bisa muncul kembali," kata praktisi psikologi asal Solo, Hening Widyastuti dilansir dari CNNIndonesiacom, Kamis (29/12).
Lato-lato, kata Hening, juga bisa jadi ajang refreshing atau 'healing' para orang dewasa. Ini-lah kenapa mainan itu kini dimainkan oleh semua usia. Bukan hanya anak-anak, banyak juga orang dewasa yang asyik main lato-lato.
Jika dilihat secara psikologis, ada kecenderungan orang dewasa senang mengingat hal-hal kecil di masa lalu. Permainan ini adalah satu dari sebagian besar kehidupan masa lalu orang dewasa di era ini.
Maka tak heran, saat lato-lato muncul kembali, banyak orang dewasa yang justru berebut ikut bermain.
"Bisa juga sebagai pelampiasan, sudah jenuh dengan rutinitas, dengan gadget, laptop, kerjaan. Terus ada hal unik baru yang menarik, ya akhirnya ikut main," katanya. [rgo]