Dalam lingkup terkecil, kita bisa merefleksikan kembali perasaan pada suatu hari. Sementara itu, di lingkup terbesar, kita bisa mempertanyakan kembali arah dan tujuan hidup.
Dengan self-reflection, manusia dituntut untuk kembali belajar dan memahami diri sendiri. Kita akan lebih kritis saat menentukan langkah selanjutnya karena telah memikirkan dampaknya terhadap diri sendiri.
Baca Juga:
Tanamkan 4 Kesadaran Ini agar Kamu Bermental Baja, Jangan Mudah Menyerah!
Itulah yang menyebabkan self-reflection perlu memiliki tingkat intensi dan disiplin yang tinggi.
Akan lebih baik jika self-reflection dilakukan di waktu tenang tanpa adanya gangguan, misalnya malam hari atau di tempat sunyi.
Pasalnya, dibutuhkan jeda yang panjang demi meluangkan waktu untuk berpikir dan merenungkan hidup dan ini bukanlah hal yang mudah dilakukan.
Baca Juga:
Mahasiswa Unja Tewas Gantung Diri Di Kamar Kost Diduga Karena Depresi
Pikiran adalah Alat Kontrol Manusia
Descartes memiliki istilah sederhana yang mendunia “Saya berpikir, maka saya ada”. Istilah inilah yang menguatkan bahwa akal dan pikiran yang dimiliki manusia bersifat istimewa.
Pasalnya, tanpa adanya refleksi, artinya kita hanya menjalani hidup tanpa berpikir. Hasilnya, hidup kita akan terasa monoton karena menjalani rutinitas yang sama setiap harinya.